Harga Minyakita di Banten Naik, Disperindag Sebut Pasokan Belum Optimal
Harga Minyakita di Banten tembus Rp17.900 per liter, jauh di atas HET, karena pasokan dari produsen, terutama Wilmar, belum optimal, ungkap Disperindag Banten.

Serang, 6 Mei 2024 - Kenaikan harga minyak goreng Minyakita di pasaran Provinsi Banten menjadi sorotan. Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Banten mengungkapkan bahwa lonjakan harga, yang kini mencapai rata-rata Rp17.900 per liter, disebabkan oleh belum optimalnya pasokan dari produsen ke daerah. Harga ini jauh melampaui Harga Eceran Tertinggi (HET) yang ditetapkan pemerintah sebesar Rp15.700 per liter.
Kepala Disperindag Banten, Babar Suharso, menyatakan keprihatinannya atas situasi ini. "Kalau rata-rata Rp17.900, berarti ada yang jual di atas itu, bahkan sampai Rp18.000. Ini sudah cukup tinggi," ujarnya di Kota Serang, Selasa. Beliau menjelaskan bahwa permasalahan utama terletak pada distribusi yang belum lancar, khususnya dari produsen utama seperti Wilmar.
Minimnya data dan laporan dari distributor utama (D-1) menjadi kendala utama dalam mengawasi distribusi Minyakita. Hal ini membuat Disperindag kesulitan untuk memastikan pasokan sampai ke konsumen dengan harga yang sesuai HET. Langkah koordinasi dengan Satgas Pangan pun direncanakan untuk mengatasi permasalahan tersebut.
Distribusi Minyakita dari Wilmar Belum Optimal
Babar Suharso menjelaskan bahwa Gubernur Banten, Andra Soni, telah melakukan inspeksi ke fasilitas produksi Wilmar untuk mendorong peningkatan kuota distribusi Minyakita ke Banten. Wilmar, menurutnya, telah berjanji untuk meningkatkan pasokan melalui Perum Bulog. Namun, realisasinya masih belum optimal. "Ini PR (pekerjaan rumah) kami untuk menindaklanjuti agar terealisasi pasokan dari produsen Wilmar ke Banten melalui Bulog sebagai D-1-nya," kata Babar.
Disperindag Banten mencatat kebutuhan Minyakita di provinsi tersebut mencapai sekitar 14.000 ton per bulan dalam bentuk curah, berdasarkan data Sistem Informasi Minyak Goreng Curah (Simira). Angka ini perlu dikonversi ke dalam bentuk liter untuk distribusi ke masyarakat. Untuk mengatasi masalah ini, Disperindag berencana melakukan koordinasi dengan Bulog Pusat dan pimpinan Wilmar pusat guna mencari solusi.
Koordinasi tersebut akan difokuskan pada perumusan mekanisme distribusi yang lebih efektif dan efisien. "Kita tindak lanjuti minggu ini. Harus dibahas bagaimana mekanisme kerja sama distribusi dengan Bulog dan Wilmar," tegas Babar.
Waspada Potensi Gangguan Pasokan Bawang Putih
Selain Minyakita, Disperindag Banten juga mewaspadai potensi gangguan pasokan komoditas lain, khususnya bawang putih. Ketergantungan Indonesia pada impor bawang putih membuat pasokan rentan terhadap berbagai faktor eksternal. "Kalau bawang putih, mekanismenya lebih simpel, tergantung stok importir. Nanti kami juga koordinasi dengan Kementerian Perdagangan," jelas Babar.
Langkah koordinasi dengan berbagai pihak, termasuk Bulog, Wilmar, dan Kementerian Perdagangan, menunjukkan komitmen Disperindag Banten dalam menjaga stabilitas harga dan ketersediaan barang kebutuhan pokok masyarakat. Pemerintah daerah berharap agar upaya ini dapat segera membuahkan hasil dan menstabilkan harga Minyakita di pasaran.
Permasalahan pasokan Minyakita ini menjadi tantangan tersendiri bagi pemerintah daerah dalam menjaga stabilitas harga kebutuhan pokok. Ke depannya, diperlukan peningkatan pengawasan dan koordinasi yang lebih intensif antara pemerintah pusat dan daerah untuk mencegah kejadian serupa terulang kembali.