Hilirisasi Mineral RI: Fokus Midstream, Hulu Terabaikan?
LPEM FEB UI mengkritik kebijakan hilirisasi mineral Indonesia yang terlalu fokus pada sektor midstream dan mengabaikan sektor hulu yang krusial untuk keberlanjutan sumber daya alam.

Wakil Direktur LPEM FEB UI, Jahen Fachrul Rezki, menyoroti fokus pemerintah Indonesia pada sektor midstream hilirisasi mineral. Dalam peluncuran laporan USABC, Selasa di Jakarta, Jahen mengungkapkan kekhawatiran terkait kurangnya perhatian pada sektor hulu.
Laporan 'Sector Overview Report on Navigating Opportunities: Nurturing Dynamic Economic Policies in Indonesia' menunjukkan pembangunan smelter dan pengolahan midstream mendominasi, sementara eksplorasi dan pengelolaan sumber daya hulu masih kurang optimal. Ini berisiko mengurangi cadangan mineral Indonesia jangka panjang.
Jahen menekankan pentingnya evaluasi sektor hulu untuk keberlanjutan. Kurangnya eksplorasi dan pengelolaan yang baik dapat mengancam pasokan mineral penting, sehingga mempengaruhi efektivitas hilirisasi jangka panjang. Selain itu, penyerapan hasil pengolahan di pasar domestik juga menjadi tantangan.
"Memang pemerintah mungkin perlu meningkatkan perhatiannya untuk potensi yang kita miliki di sektor hulu, dan kita juga gak akan hidup selamanya ada anak cucu nanti yang juga perlu untuk mendapatkan manfaat dari kebijakan tersebut," ujar Jahen.
Dominasi perusahaan besar dalam pembangunan smelter skala besar juga menjadi sorotan. Pemerintah didorong untuk melibatkan UMKM dan perusahaan kecil-menengah agar manfaat hilirisasi lebih merata. Kolaborasi dengan swasta juga penting untuk mengatasi keterbatasan pendanaan, rantai pasok, dan kapasitas teknis pemerintah.
Beberapa rekomendasi diajukan untuk mengoptimalkan kebijakan hilirisasi. Pertama, peningkatan fokus pada sektor hulu untuk keberlanjutan cadangan mineral. Kedua, peta jalan komprehensif untuk kesiapan hilirisasi setiap komoditas. Ketiga, mendorong partisipasi UMKM dan perusahaan kecil-menengah. Terakhir, memastikan penyerapan hasil pengolahan mineral di pasar domestik.
Kesimpulannya, kebijakan hilirisasi mineral Indonesia perlu menyeimbangkan fokus pada sektor midstream dan hulu. Perhatian yang lebih besar pada eksplorasi, pengelolaan sumber daya hulu, serta pemberdayaan UMKM, sangat penting untuk keberhasilan dan keberlanjutan hilirisasi jangka panjang.