IHSG Anjlok 7,71 Persen, Analis Sarankan Beli Saham Dividen
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terjun bebas 7,71 persen, namun analis menyarankan pembelian saham perusahaan yang membagikan dividen besar dan memiliki laporan keuangan kuartal I-2025 yang baik.

Jakarta, 8 April 2025 - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) ditutup dengan penurunan drastis pada sesi I Selasa, 8 April 2025. IHSG melemah 502,14 poin atau 7,71 persen, hingga mencapai posisi 6.008,48. Penurunan tajam ini memicu kekhawatiran di pasar modal, namun analis memberikan beberapa rekomendasi bagi investor untuk menghadapi situasi ini.
Penurunan IHSG ini terjadi di tengah berbagai faktor yang memengaruhi pasar saham global dan domestik. Situasi ini menimbulkan pertanyaan besar bagi investor mengenai langkah strategis yang tepat untuk melindungi portofolio investasi mereka. Analis pasar modal pun memberikan tanggapan dan saran untuk menghadapi situasi ini.
Menanggapi penurunan IHSG yang signifikan, para ahli memberikan berbagai analisis dan rekomendasi strategi investasi. Beberapa analis menyarankan strategi tertentu untuk meminimalisir kerugian dan bahkan meraih keuntungan di tengah kondisi pasar yang bergejolak ini. Rekomendasi tersebut didasarkan pada analisis fundamental dan teknikal dari perusahaan-perusahaan yang terdaftar di BEI.
Rekomendasi Analis: Fokus Saham Dividen dan Laporan Keuangan Kuartal I-2025
Budi Frensidy, pengamat Pasar Modal Universitas Indonesia (UI), merekomendasikan strategi net buy atau pembelian bersih terhadap saham-saham perusahaan yang akan membagikan dividen besar. Menurutnya, "Beli saham-saham yang akan membagikan dividen dengan yield lebih dari 6 persen dan yang laporan keuangan kuartal I-2025-nya bagus, serta yang turunnya sangat besar. Dengan dana yang tidak akan terpakai minimal 1 sampai 2 tahun ke depan," ujar Budi.
Budi menambahkan bahwa IHSG berpotensi mengalami rebound atau penguatan kembali pada momentum pembagian dividen di bulan April 2025 dan rilis laporan keuangan kuartal I-2025. Potensi penguatan ini juga dipengaruhi oleh faktor eksternal, seperti penundaan tarif impor oleh Presiden Amerika Serikat (AS).
Senada dengan Budi, Oktavianus Audi, VP Marketing, Strategy & Planning Kiwoom Sekuritas, memperkirakan tekanan terhadap IHSG akan berlanjut. Namun, ia memperkirakan IHSG mampu bertahan di atas level support psikologis 6.000, dengan asumsi adanya penyesuaian Auto Rejection Bawah (ARB) menjadi 15 persen.
BEI sempat melakukan trading halt atau penghentian sementara perdagangan pada pukul 09.00 WIB setelah IHSG mengalami penurunan lebih dari 8 persen. Langkah ini merupakan bagian dari mekanisme proteksi pasar untuk mencegah penurunan yang lebih tajam.
Penyesuaian Mekanisme Perdagangan BEI
Sebelumnya, BEI bersama Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah melakukan penyesuaian ketentuan pelaksanaan trading halt dan batasan persentase ARB. Penyesuaian ini bertujuan untuk menjaga stabilitas pasar dan melindungi investor dari fluktuasi harga yang ekstrem.
Penurunan IHSG yang signifikan ini menjadi perhatian bagi investor dan regulator. Berbagai strategi dan langkah antisipatif dilakukan untuk menghadapi situasi ini. Penting bagi investor untuk melakukan analisis yang cermat dan mengambil keputusan investasi yang bijak.
Analis menyarankan agar investor fokus pada saham-saham perusahaan yang memiliki fundamental kuat dan prospek pertumbuhan yang baik. Selain itu, diversifikasi portofolio investasi juga menjadi kunci untuk meminimalisir risiko kerugian.
Kesimpulan
Penurunan IHSG sebesar 7,71 persen pada Selasa, 8 April 2025, menjadi sorotan utama di pasar modal Indonesia. Meskipun demikian, para analis memberikan beberapa rekomendasi, terutama fokus pada saham-saham dengan dividen tinggi dan laporan keuangan kuartal I-2025 yang positif. BEI juga telah melakukan penyesuaian mekanisme perdagangan untuk menjaga stabilitas pasar.