INACA Kuatkan Industri Penerbangan Nasional: Mengapa Tantangan Global dan Domestik Membuatnya Stagnan?
INACA kuatkan industri penerbangan nasional jangka panjang. Temukan strategi asosiasi menghadapi tantangan global, stagnasi penumpang, dan masalah sparepart yang menghambat pemulihan.

Asosiasi Maskapai Penerbangan Nasional Indonesia (INACA) secara proaktif mendorong penguatan industri penerbangan nasional melalui strategi jangka panjang. Langkah ini diambil guna menghadapi berbagai tantangan global dan domestik yang berkelanjutan, sekaligus memastikan kesinambungan layanan udara di seluruh wilayah Indonesia. Pernyataan ini disampaikan oleh Ketua Umum INACA, Denon Prawiraatmadja, di Jakarta pada Sabtu, 2 Agustus, menekankan urgensi pemulihan sektor vital ini.
Denon Prawiraatmadja mengungkapkan bahwa industri penerbangan nasional diperkirakan masih akan menghadapi kondisi sulit sepanjang tahun 2024 dan 2025. Berbagai faktor, mulai dari gejolak geopolitik global hingga dinamika pasar domestik, menjadi penghambat utama. Kondisi ini menuntut pendekatan komprehensif dari seluruh pemangku kepentingan untuk mencari solusi efektif.
Memanasnya situasi geopolitik global secara signifikan mengganggu rantai pasok pesawat dan suku cadang, serta memicu kenaikan harga minyak dunia dan pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat. Di dalam negeri, dampak berkepanjangan pandemi COVID-19, serta iklim usaha yang kompetitif, turut memperlambat pemulihan sektor penerbangan ke level pra-pandemi.
Tantangan dan Stagnasi Industri Penerbangan
Industri penerbangan nasional saat ini dihadapkan pada sejumlah tantangan krusial yang menghambat pertumbuhannya. Stagnasi jumlah penumpang domestik untuk penerbangan berjadwal pada tahun 2024, yang setara dengan tahun sebelumnya, menjadi indikator utama. Selain itu, penurunan jumlah pesawat yang beroperasi akibat banyaknya unit yang masuk perawatan Maintenance, Repair, and Overhaul (MRO) dan kesulitan mendapatkan suku cadang, semakin memperparah kondisi.
Denon Prawiraatmadja merinci beberapa hambatan spesifik yang dihadapi maskapai penerbangan berjadwal, tidak berjadwal, dan kargo. Regulasi yang kurang fleksibel, risiko fluktuasi nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, serta isu pengadaan suku cadang menjadi perhatian utama. Hubungan dengan pengelola bandara dan Airnav juga memerlukan sinergi yang lebih baik untuk kelancaran operasional.
Selain itu, masalah operasional penerbangan tidak berjadwal, seperti penerbangan malam, penerbangan khusus, dan ambulans udara, masih memerlukan penyesuaian. Praktik ilegal charter atau penerbangan charter ilegal juga menjadi ancaman serius bagi industri. Diperlukan langkah strategis jangka pendek, menengah, dan panjang untuk mengatasi tantangan ini dan mengembalikan industri penerbangan ke kondisi sebelum pandemi COVID-19.
Strategi INACA untuk Pemulihan Komprehensif
INACA mengusulkan serangkaian langkah strategis untuk memulihkan dan memperkuat industri penerbangan nasional. Pertama, asosiasi berharap pembahasan permasalahan industri dapat dilanjutkan secara holistik dan komprehensif. Diskusi ini harus melibatkan pemerintah lintas kementerian dan lembaga, kalangan bisnis, akademisi, media, serta masyarakat, mencakup aspek bisnis, operasional, hingga pendukungnya.
Kedua, INACA menekankan pentingnya peningkatan kondisi finansial maskapai penerbangan, baik berjadwal, tidak berjadwal, kargo, maupun perintis. Hal ini dapat dicapai melalui regulasi operasional bisnis penerbangan yang lebih adil dan mendukung keberlanjutan usaha. Regulasi yang adaptif diharapkan mampu menciptakan iklim persaingan yang sehat dan mendorong pertumbuhan.
Ketiga, INACA mengadvokasi pengembangan konektivitas penerbangan secara komprehensif dengan sistem hub and spoke. Pendekatan ini berlaku untuk penerbangan domestik maupun internasional, bertujuan untuk mengoptimalkan rute dan efisiensi operasional. Sistem ini diharapkan mampu menjangkau lebih banyak wilayah dan meningkatkan aksesibilitas.
Keempat, INACA mendorong deregulasi terkait proses ekspor-impor suku cadang, baik yang melekat maupun tidak melekat di pesawat, dengan menggunakan Illustrated Part Catalog (IPC) dan berdasarkan aturan Tokyo Round dari WTO. Kelima, peningkatan implementasi Safety Management System (SMS) dan budaya keselamatan dalam operasional penerbangan dari semua pemangku kepentingan, termasuk regulator, operator, dan masyarakat, menjadi prioritas. Terakhir, pembentukan Dewan Transportation Board yang bekerja sama dengan moda transportasi lain diharapkan dapat mengembangkan transportasi multimoda untuk mendukung pertumbuhan ekonomi nasional.
Dampak Positif Penguatan Industri Penerbangan
Penguatan industri penerbangan nasional memiliki dampak positif yang luas bagi pembangunan Indonesia. Dengan dukungan penuh dari pemangku kepentingan, maskapai penerbangan nasional dapat meningkatkan konektivitas udara, menjembatani kesenjangan pembangunan antar wilayah, dan mendukung desentralisasi. Hal ini krusial untuk memastikan tidak ada wilayah di Indonesia yang tertinggal dalam pembangunan ekonomi.
Selain itu, peningkatan konektivitas juga akan memperkuat daya saing komoditas lokal di pasar nasional maupun internasional. Industri penerbangan berfungsi sebagai katalisator bagi pertumbuhan ekonomi lokal, membuka akses pasar baru dan mendorong investasi. Mobilitas ekonomi nasional akan meningkat, memberikan nilai tambah signifikan bagi negara secara keseluruhan.
Pengembangan sektor penerbangan yang strategis juga akan meningkatkan aksesibilitas domestik, regional, dan internasional. Ini tidak hanya mendukung pariwisata dan perdagangan, tetapi juga mempercepat mobilitas masyarakat dan barang. Dengan demikian, penguatan INACA kuatkan industri penerbangan nasional menjadi kunci dalam mencapai pemerataan pembangunan dan kemajuan ekonomi yang berkelanjutan.