Indonesia Yakin Bisa Transisi Energi ke EBT: Tahapan, Tantangan, dan Harapan
Tenaga Ahli Menteri ESDM meyakini Indonesia mampu beralih ke energi baru terbarukan (EBT) secara bertahap, kendati tantangan masih ada, dengan fokus pada solusi konkret dan peran generasi muda.
Indonesia menuju era Energi Baru Terbarukan (EBT): Sebuah Transisi Bertahap
Tenaga Ahli Menteri Energi Sumber Daya Mineral (ESDM), Satya Hangga Yudha, optimis Indonesia mampu beralih dari energi fosil ke EBT. Pernyataan ini disampaikan di Jakarta pada 29 Januari lalu, menekankan komitmen Indonesia untuk memenuhi target emisi karbon global. Transisi ini, menurutnya, akan dilakukan secara bertahap dan berpedoman pada standar negara maju.
Mengapa dan Bagaimana Transisi Energi Terjadi?
Hangga menjelaskan bahwa batu bara, meski kompetitif, tetap memerlukan strategi untuk mengurangi emisi. "Co-firing (pencampuran) dengan biomassa, serta teknologi penyimpanan karbon CCS dan CCUS, menjadi solusi utama dalam mengurangi emisi karbon dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara," jelasnya. Komitmen ini sejalan dengan visi Presiden dan Wakil Presiden RI terkait swasembada energi dan hilirisasi.
Lebih lanjut, Hangga memaparkan rencana pembangunan kapasitas energi lebih dari 100 GW hingga 2040. Sebanyak 75 persen akan berasal dari EBT, 5 GW dari nuklir, dan 20 GW dari gas. Ia juga berharap Keppres Satgas Hilirisasi dan Ketahanan Energi Nasional dapat mendorong investasi dan pertumbuhan ekonomi.
Tantangan dan Solusi dalam Transisi Energi
Pencapaian target Paris Agreement 2030 dan Net Zero Emission (NZE) 2060 memerlukan pengurangan penggunaan batu bara secara bertahap. "Coal phase down penting, tetapi harus ada solusi pengganti," tegas Hangga. Co-firing dengan biomassa dan gas, serta pengembangan EBT, menjadi pilihan untuk memastikan pasokan energi yang murah dan terjangkau. Implementasi B40 (biodiesel) dan target peningkatannya hingga B100 juga menjadi bagian penting dari strategi ini.
Kebijakan dan Koordinasi: Kunci Sukses Transisi Energi
Pemerintah juga fokus pada penyaluran subsidi BBM, listrik, dan LPG secara tepat sasaran. Koordinasi dengan Komisi XII DPR dan Dewan Energi Nasional (DEN) dalam penyusunan Kebijakan Energi Nasional (KEN) juga berjalan intensif. Pembahasan RUU terkait energi, pengaktifan sumur minyak dan gas bumi yang idle, serta penggunaan teknologi IOR/EOR untuk meningkatkan produksi migas menjadi prioritas.
Peran Generasi Muda dalam Transisi Energi
Hangga menekankan pentingnya peran generasi muda dalam pengembangan EBT. Namun, ia juga menyoroti tantangan berupa kedisiplinan, terutama di era media sosial. Menurutnya, disiplin adalah kunci sukses bagi generasi muda dalam berkontribusi pada pengembangan sektor energi terbarukan di Indonesia.
Kesimpulan
Transisi energi di Indonesia menuju EBT merupakan proses bertahap yang memerlukan strategi komprehensif, kolaborasi antar stakeholder, dan komitmen kuat dari pemerintah dan generasi muda. Dengan pendekatan yang tepat, Indonesia optimistis dapat mencapai target emisi karbon dan ketahanan energi nasional.