Dekarbonisasi Sektor Energi Indonesia Lampaui Target: Menuju Net Zero Emission 2060
Kementerian ESDM laporkan capaian dekarbonisasi sektor energi Indonesia telah melampaui target tahunan, menunjukkan kemajuan signifikan menuju visi Net Zero Emission pada 2060.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) baru-baru ini mengumumkan kabar baik terkait upaya dekarbonisasi di sektor energi Indonesia. Pencapaian penurunan emisi karbon telah melampaui target tahunan yang ditetapkan, menunjukkan langkah signifikan menuju visi Net Zero Emissions (NZE) pada tahun 2060. Pengumuman ini disampaikan langsung oleh Direktur Aneka Energi Baru Terbarukan (EBT) Kementerian ESDM, Andriah Feby Misna, dalam acara Diseminasi dan Peluncuran Kajian Market Assessment of Indonesia's Renewable Energy Manufacturing Industry di Jakarta.
Pada tahun 2024, misalnya, target penurunan emisi karbon sektor energi ditetapkan sebesar 142 juta ton CO2. Namun, realisasi dekarbonisasi justru mencapai 147,61 juta ton CO2, melebihi target sebesar 5,61 juta ton. "Kita mampu mencapai penurunan emisi sebesar 147,61 juta ton, melampaui target tahunan yang sudah ditetapkan. Harapan kita juga hingga tahun 2030 nanti kita bisa tetap konsisten capaiannya," ungkap Andriah Feby Misna.
Keberhasilan ini merupakan hasil dari berbagai strategi yang diterapkan pemerintah. Kombinasi efisiensi energi, penggunaan bahan bakar rendah karbon, pengembangan energi baru terbarukan (EBT), dan penerapan teknologi rendah emisi berkontribusi signifikan terhadap capaian tersebut. Rinciannya, efisiensi energi berkontribusi 30,25 juta ton, bahan bakar rendah karbon 15,18 juta ton, EBT 74,73 juta ton, dan teknologi rendah emisi 15,16 juta ton CO2.
Strategi Menuju Dekarbonisasi 2030
Pemerintah telah menetapkan target dekarbonisasi sektor energi sebesar 358 juta ton pada tahun 2030. Untuk mencapai target tersebut, berbagai strategi terus digencarkan. Salah satu strategi kunci adalah penguatan elektrifikasi di sektor transportasi, pertanian, dan penggunaan kompor induksi. Hal ini diyakini dapat mengurangi ketergantungan pada energi fosil dan menurunkan emisi karbon secara signifikan.
Pengembangan EBT juga menjadi fokus utama. Indonesia memiliki potensi EBT yang sangat besar, lebih dari 3.600 gigawatt (GW). Pemanfaatan potensi ini secara optimal akan menjadi kunci keberhasilan dekarbonisasi. Selain itu, pemerintah juga menerapkan moratorium pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) dan program pensiun dini PLTU untuk mengurangi emisi dari sektor pembangkit listrik.
Penerapan efisiensi energi juga menjadi bagian penting dari strategi ini. Upaya efisiensi energi akan terus ditingkatkan untuk mengurangi konsumsi energi dan emisi karbon. Semua strategi ini terintegrasi dalam Rencana Umum Ketenagalistrikan Nasional (RUKN), yang mengedepankan elektrifikasi berbasis energi baru dan terbarukan.
E-NDC dan Komitmen Indonesia
Target dekarbonisasi Indonesia juga selaras dengan Enhanced Nationally Determined Contribution (E-NDC). E-NDC merupakan target pengurangan emisi Indonesia secara total, yang telah ditingkatkan dari 29 persen (835 juta ton CO2) menjadi 32 persen (912 juta ton CO2) pada tahun 2030. Keberhasilan melampaui target dekarbonisasi sektor energi pada tahun 2024 menunjukkan komitmen Indonesia dalam mencapai target E-NDC dan visi NZE 2060.
Keberhasilan ini menunjukkan komitmen dan upaya nyata pemerintah Indonesia dalam mengurangi emisi karbon. Dengan strategi yang terukur dan komprehensif, Indonesia terus berupaya untuk mencapai target dekarbonisasi dan berkontribusi dalam upaya global melawan perubahan iklim. Keberhasilan ini juga menjadi bukti bahwa Indonesia mampu mencapai target yang ambisius dengan perencanaan yang matang dan implementasi yang konsisten.
Ke depan, keberlanjutan program ini sangat penting untuk memastikan Indonesia tetap berada di jalur yang tepat menuju target Net Zero Emission pada tahun 2060. Hal ini memerlukan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, sektor swasta, dan masyarakat untuk memastikan keberhasilan program dekarbonisasi ini.