Peringatan Hari Bumi 2025: Aksi Nyata Indonesia Selamatkan Bumi
Indonesia perkuat komitmen lindungi Bumi lewat transisi energi, perdagangan karbon, dan upaya menurunkan deforestasi dalam peringatan Hari Bumi 2025.

Peringatan Hari Bumi 2025 menggemakan seruan Paus Fransiskus dalam Laudato si' untuk melindungi Bumi. Tema 'Our Power, Our Planet' mendorong percepatan transisi energi dan pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK), yang menjadi penyebab utama perubahan iklim. Peningkatan suhu global, yang mencapai lebih dari 1,5 derajat Celcius di atas era pra-industri pada 2024, menjadi bukti nyata dampak aktivitas manusia terhadap lingkungan.
Pembakaran bahan bakar fosil masih menjadi kontributor utama emisi GRK, terutama CO2, CH4, dan N2O. Meskipun banyak negara menargetkan penurunan suhu sesuai Perjanjian Paris, penarikan AS di bawah kepemimpinan Donald Trump sempat menjadi kemunduran. Namun, Indonesia tetap berkomitmen mengurangi emisi, terus menyusun Second National Determined Contribution (NDC) untuk mencapai target pengurangan emisi 31,89 persen (upaya sendiri) dan 43,20 persen (dengan dukungan internasional) pada 2030.
Upaya Indonesia mencakup lima sektor utama: kehutanan, energi, limbah pertanian, serta proses industri dan penggunaan produk (IPPU). Pemerintah mendorong perdagangan karbon, baik dalam negeri maupun internasional, sebagai salah satu strategi. Data April 2025 menunjukkan transaksi karbon mencapai 690.675 ton CO2e di kuartal I 2025, sebagian besar dari sektor energi terbarukan seperti PLTM Gunung Wugul.
Transisi Energi dan Pengurangan Deforestasi
Pemerintah Indonesia berkomitmen untuk transisi energi dengan rencana pensiun dini Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) pada 2040, sesuai Peraturan Menteri ESDM Nomor 10 Tahun 2025. Upaya ini didukung oleh perdagangan karbon internasional yang melibatkan PLTGU Priok Blok 4, PLTGU Grati Blok 2, dan Muara Tawar, serta PLTGU Blok 3 PJB Muara Karang, yang berpotensi mengurangi emisi secara signifikan.
Sektor kehutanan, yang memiliki peran penting dalam pengurangan emisi, juga akan memasuki pasar karbon. Indonesia menargetkan FOLU Net Sink 2030, di mana penyerapan karbon oleh hutan melebihi pelepasan. Meskipun deforestasi pada 2024 mencapai 175.400 hektare, angka ini lebih rendah dari rata-rata dekade terakhir. Pemerintah melakukan reforestasi dan rehabilitasi lahan seluas 217.900 hektare pada 2024.
Kementerian Kehutanan (Kemenhut) membentuk Operation Management Office (OMO) Indonesia FOLU Net Sink 2030 untuk mengelola upaya ini. Indonesia memiliki 187 juta hektare kawasan hutan, sekitar 51,1 persen dari total daratan. Upaya mengurangi deforestasi mencakup penanganan kebakaran hutan dan pembalakan liar.
Langkah-langkah Lain untuk Melindungi Lingkungan
Selain transisi energi dan pengurangan deforestasi, Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) juga fokus pada penanganan sampah untuk mengurangi emisi metana dan percepatan konversi energi boiler industri dari batubara ke gas, yang dapat menurunkan emisi udara hingga 20 persen. KLH juga mendorong pembangunan Stasiun Pemantauan Kualitas Udara (SPKU) dan pemasangan sistem pemantauan emisi kontinu (CEMS) pada unit boiler industri.
Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmen pemerintah dalam transisi energi dan perlindungan lingkungan. Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menekankan pentingnya mencapai target FOLU Net Sink 2030. Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan Kemenhut Agus Budi Santosa menjelaskan penyebab deforestasi dan strategi penanganannya. Deputi PPKL KLH Rasio Ridho Sani memaparkan upaya KLH dalam pengendalian pencemaran dan kerusakan lingkungan.
Berbagai upaya tersebut, diharapkan dapat menjadikan Hari Bumi sebagai momentum nyata untuk menjaga Bumi, satu-satunya rumah kita yang tak tergantikan. Kesadaran dan usaha dari masyarakat dan dunia usaha sangat penting dalam upaya ini.