Investor Antisipasi Keputusan The Fed, IHSG Anjlok 3,84 Persen
Keputusan The Fed dan Bank Indonesia ditunggu pelaku pasar, sementara IHSG ditutup melemah signifikan di tengah antisipasi kebijakan suku bunga.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Pertemuan The Federal Open Market Committee (FOMC) pada 18-19 Maret 2025 di Amerika Serikat tengah menjadi sorotan pelaku pasar global, termasuk Indonesia. Kepala Ekonom PermataBank, Josua Pardede, mengungkapkan investor dengan seksama mengamati keputusan The Fed terkait suku bunga acuan. Data penjualan ritel AS yang mengecewakan, hanya tumbuh 0,2 persen (mom) pada Februari 2025, jauh di bawah ekspektasi 0,6 persen (mom), telah meningkatkan ekspektasi bahwa The Fed akan cenderung dovish atau cenderung menurunkan suku bunga. Hal ini berdampak pada pasar saham Indonesia, yang terlihat dari penurunan signifikan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Penurunan IHSG juga dipengaruhi oleh ketidakpastian global terkait kebijakan tarif impor pemerintah AS. Keputusan The Fed akan berdampak luas pada pasar keuangan global, termasuk Indonesia. Oleh karena itu, pelaku pasar domestik juga menantikan hasil rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (RDG BI) pada 19 Maret 2025 untuk melihat langkah selanjutnya yang akan diambil BI terkait suku bunga acuannya.
Pasar saham Indonesia mengalami koreksi cukup dalam pada Selasa (18/3/2025). Penurunan IHSG yang tajam bahkan sempat memicu pembekuan sementara perdagangan (trading halt) di Bursa Efek Indonesia (BEI). Hal ini menunjukkan tingginya sensitivitas pasar terhadap sentimen global dan antisipasi keputusan kebijakan moneter dari bank sentral AS dan Indonesia.
Keputusan The Fed Dinantikan
Josua Pardede memproyeksikan The Fed akan mempertahankan tingkat suku bunga acuan pada pertemuan FOMC kali ini. Hal ini didasarkan pada ketidakpastian global yang tinggi, terutama terkait kebijakan tarif impor AS. Data penjualan ritel AS yang lemah mengindikasikan perlambatan permintaan konsumen, mendukung proyeksi sikap dovish The Fed. Namun, keputusan final masih dinantikan pasar.
Pertemuan FOMC ini sangat penting karena akan memberikan sinyal arah kebijakan moneter AS ke depan. Keputusan The Fed akan mempengaruhi aliran modal global dan berdampak pada nilai tukar berbagai mata uang, termasuk Rupiah. Oleh karena itu, investor di Indonesia dengan cermat mengamati perkembangan situasi ini.
Antisipasi pasar terhadap keputusan The Fed menunjukkan betapa kuatnya pengaruh kebijakan moneter AS terhadap perekonomian global. Indonesia, sebagai negara dengan perekonomian yang terintegrasi dengan pasar internasional, sangat rentan terhadap dampak kebijakan moneter negara-negara besar seperti AS.
RDG BI dan Pergerakan IHSG
Selain keputusan The Fed, pelaku pasar di Indonesia juga menantikan hasil Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia yang akan diumumkan pada Rabu, 19 Maret 2025. Josua memproyeksikan BI akan mempertahankan tingkat suku bunga acuannya, mempertimbangkan ketidakpastian global yang sama. Keputusan BI ini akan memberikan kepastian dan stabilitas bagi pasar keuangan domestik.
Penurunan IHSG sebesar 248,56 poin atau 3,84 persen pada Selasa (18/3/2025) menunjukkan respon pasar terhadap berbagai faktor, termasuk antisipasi keputusan The Fed dan RDG BI. Penurunan ini juga menunjukkan adanya tekanan jual yang cukup signifikan di pasar saham Indonesia.
Penurunan IHSG yang signifikan ini juga diikuti oleh penurunan indeks LQ45, yang turun 20,34 poin atau 2,79 persen. Hal ini menunjukkan bahwa penurunan terjadi secara menyeluruh di berbagai sektor saham.
BEI menerapkan pembekuan sementara perdagangan sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan untuk menjaga stabilitas pasar. Langkah ini merupakan bagian dari mekanisme manajemen risiko di BEI.
Dampak Global dan Analisis
Ketidakpastian global, terutama yang berkaitan dengan kebijakan tarif impor AS, menjadi faktor utama yang mempengaruhi keputusan baik The Fed maupun BI. Kondisi ekonomi global yang masih belum stabil membuat kedua bank sentral cenderung berhati-hati dalam mengambil keputusan kebijakan moneter.
Penurunan penjualan ritel AS memberikan sinyal perlambatan ekonomi, yang dapat mempengaruhi keputusan The Fed untuk mempertahankan atau bahkan menurunkan suku bunga. Namun, faktor-faktor lain juga perlu dipertimbangkan, seperti inflasi dan pertumbuhan ekonomi AS.
Pasar saham Indonesia, seperti pasar saham lainnya di dunia, sangat sensitif terhadap sentimen global. Oleh karena itu, antisipasi terhadap keputusan The Fed dan BI menjadi sangat penting bagi investor di Indonesia.
Kesimpulannya, pasar keuangan Indonesia mencerminkan kekhawatiran global yang terkait dengan kebijakan ekonomi AS dan dampaknya terhadap perekonomian dunia. Keputusan The Fed dan BI akan menjadi penentu arah pasar keuangan dalam beberapa waktu ke depan.