IHSG Melemah: Inflasi AS dan Dampaknya pada Pasar Saham Global
Kenaikan inflasi AS di bulan Januari 2025 memicu pelemahan IHSG dan kekhawatiran pelaku pasar global, meskipun data penjualan ritel Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif.

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) Bursa Efek Indonesia (BEI) dibuka dengan pelemahan pada Kamis pagi, 13 Februari 2025. Penurunan sebesar 25,55 poin atau 0,38 persen ke posisi 6.620,23 mencerminkan respon pasar terhadap kenaikan inflasi di Amerika Serikat (AS) pada Januari 2025. Indeks LQ45 juga turut terdampak, turun 5,77 poin atau 0,74 persen ke posisi 770,54. Situasi ini menimbulkan pertanyaan: seberapa besar dampak inflasi AS terhadap pasar saham Indonesia dan global?
Inflasi AS dan Dampak Global
Data inflasi AS yang dirilis menunjukkan angka tahunan sebesar 3 persen, naik dari 2,9 persen di bulan sebelumnya. Inflasi inti juga meningkat menjadi 3,3 persen dari 3,2 persen. Kenaikan ini berada di atas ekspektasi pasar, memicu kekhawatiran akan berlanjutnya tren inflasi dan kemungkinan The Fed untuk menahan penurunan suku bunga. Financial Expert Ajaib Sekuritas, Ratih Mustikoningsih, memprediksi IHSG akan bergerak terbatas dalam range 6.600 sampai 6.680. Kekhawatiran ini diperkuat oleh kebijakan kenaikan tarif yang diterapkan oleh Presiden Trump, yang berpotensi memperburuk situasi inflasi.
Dampaknya meluas ke pasar saham global. Bursa saham AS, Wall Street, ditutup melemah pada Rabu, 12 Februari 2025. Indeks S&P 500 turun 0,27 persen, Dow Jones Industrial Average melorot 0,50 persen, sementara Nasdaq Composite Index hanya naik tipis. Reaksi pasar ini menunjukkan sentimen negatif yang dipicu oleh data inflasi AS.
Pergerakan Pasar Regional
Di pasar regional Asia, pergerakan indeks saham beragam. Nikkei menguat signifikan, sementara Shanghai melemah. Kuala Lumpur dan Straits Times juga mencatat penurunan. Perbedaan ini menunjukkan respon pasar yang kompleks dan dipengaruhi oleh faktor-faktor spesifik di masing-masing negara. Sebagai contoh, reli Hang Seng didorong oleh kenaikan saham Alibaba setelah rencana kerjasama dengan Apple untuk pengembangan AI.
Di sisi lain, rebalancing MSCI pada 11 Februari 2025 mengeluarkan 20 saham dari indeks MSCI China. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun ada rebound di beberapa pasar, pelaku pasar tetap berhati-hati terhadap potensi risiko.
Kondisi Pasar Domestik
Meskipun IHSG melemah, data ekonomi domestik menunjukkan sinyal positif. Penjualan ritel pada Desember 2024 tumbuh 1,8 persen (yoy), lebih tinggi dari bulan sebelumnya. Kenaikan ini didorong oleh peningkatan daya beli secara musiman selama periode Natal dan Tahun Baru. Data ini menunjukkan bahwa kondisi ekonomi domestik relatif kuat, meskipun pasar saham merespon sentimen global yang negatif.
Kesimpulan
Pelemahan IHSG pada Kamis pagi, 13 Februari 2025, terutama dipengaruhi oleh kenaikan inflasi AS yang di luar ekspektasi. Meskipun data penjualan ritel Indonesia menunjukkan pertumbuhan positif, sentimen negatif dari pasar global, khususnya kekhawatiran akan kebijakan moneter The Fed, berdampak pada kinerja IHSG. Pergerakan pasar saham global dan regional menunjukkan reaksi yang beragam terhadap data inflasi AS, menandakan kompleksitas faktor yang mempengaruhi pasar saham.