Kabareskrim Ungkap Perjuangan Operasi Narkoba di Laut Sumatra: Kapal Hancur, Petugas Terombang-ambing!
Kepala Bareskrim Polri menceritakan perjuangan timnya dalam operasi narkoba di Laut Sumatra, termasuk saat kapal mereka rusak dan terombang-ambing selama tiga hari.

Jakarta, 05 Maret 2025 (ANTARA) - Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri, Komjen Pol. Wahyu Widada, secara terbuka menceritakan kisah perjuangan personel kepolisian dalam operasi pemberantasan peredaran gelap narkoba di perairan Laut Selatan Sumatra. Operasi yang dilakukan bersama Direktorat Jenderal Bea Cukai ini nyatanya menyimpan tantangan yang sangat ekstrem.
Dalam konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu lalu, Kabareskrim mengungkapkan detail operasi tersebut. Ia menceritakan bagaimana kapal yang ditumpangi timnya mengalami kerusakan parah akibat hantaman ombak yang dahsyat. "Kami pernah melakukan operasi di Laut Selatan Sumatra bersama Bea Cukai. Kapal kami dihantam buritannya hingga jebol," ujarnya.
Akibat kerusakan kapal yang cukup signifikan, para personel terombang-ambing di tengah lautan selama tiga hari penuh. Kondisi ini menimbulkan berbagai kesulitan, bahkan ancaman bagi keselamatan tim. Situasi darurat ini memaksa para petugas untuk bertahan hidup dalam kondisi yang sangat menantang.
Tantangan di Tengah Lautan
Kabareskrim memaparkan betapa sulitnya para personel menghadapi situasi tersebut. "Ketika itu saya dilaporkan 'Pak, ada anggota kita sakit, Pak'. Waktu itu kami sudah stres karena terpikir apakah mereka kena tembak atau kena yang lain. Ternyata karena tiga hari di lapangan itu susah," jelasnya. Kondisi memprihatinkan ini memaksa petugas untuk beradaptasi dengan lingkungan yang keras dan terbatas.
Kabareskrim juga menjelaskan kesulitan mendasar yang dihadapi petugas, yaitu masalah sanitasi. "Buang air sudah tidak bisa karena buritannya sudah jebol dan kamar mandinya jebol. Jadi, mandinya di laut, buang airnya di laut. Begitulah perjuangan teman-teman kita," katanya. Meskipun demikian, semangat para personel tetap berkobar, menjadikan tantangan ini sebagai motivasi untuk terus memberantas peredaran narkoba.
Kegigihan dan dedikasi tinggi ditunjukkan oleh seluruh personel yang terlibat. Mereka tidak patah semangat dan tetap fokus pada tugas utama, yaitu memberantas jaringan narkoba. Pengalaman ini menjadi bukti nyata komitmen Polri dalam memerangi kejahatan transnasional ini.
Modus Operandi Peredaran Narkoba
Dalam dua bulan terakhir (1 Januari - 27 Februari 2025), Bareskrim Polri dan polda jajaran berhasil mengungkap 6.881 kasus narkoba, menangkap 9.586 tersangka, dan menyita barang bukti seberat 4,1 ton senilai sekitar Rp2,72 triliun. Pengungkapan ini juga mengungkap berbagai modus operandi yang digunakan para pelaku.
Beberapa modus yang digunakan antara lain pengiriman antarprovinsi melalui jalur darat dari Sumatra ke Jawa, pengiriman melalui jalur laut dari jaringan Golden Triangle dan Golden Crescent ke Samudra Hindia di Laut Aceh, dan pengiriman melalui jalur laut dari utara (Selat Malaka) dan selatan (pantai selatan Sumatra).
Selain itu, para pelaku juga menggunakan modus pengiriman melalui kargo, ekspedisi resmi, maupun hand carry dengan penyamaran. Modus terakhir yang terungkap adalah pembuatan clandestine atau laboratorium narkoba di perumahan mewah, seperti yang baru-baru ini diungkap di Bogor.
"Yang terakhir kami ungkap di Bogor, (clandestine) memiliki penjagaan keamanan yang ketat sehingga tidak bisa diakses oleh sembarang orang, termasuk aparat penegak hukum untuk dapat melakukan penyelidikan," ungkap Kabareskrim. Hal ini menunjukkan betapa canggih dan terorganisirnya jaringan narkoba tersebut.
Keberhasilan pengungkapan kasus-kasus ini membuktikan keseriusan Polri dalam memberantas peredaran gelap narkoba di Indonesia. Berbagai tantangan dan kesulitan yang dihadapi tidak menyurutkan semangat para petugas untuk terus berjuang demi Indonesia yang bebas dari narkoba.