Kalsel Sinkronkan Data Hortikultura 13 Kabupaten/Kota
Dinas Pertanian Kalsel menggelar rapat koordinasi data hortikultura 2024 dengan 13 kabupaten/kota untuk sinkronisasi data dan perencanaan program ketahanan pangan yang lebih efektif.
Banjarbaru, Kalimantan Selatan - Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (DPKP) Provinsi Kalimantan Selatan menggelar rapat penting. Rapat ini mempertemukan 13 dinas pertanian kabupaten/kota se-Kalimantan Selatan pada Kamis lalu. Tujuannya satu: menyelaraskan data hortikultura untuk tahun 2024. Langkah ini krusial untuk memastikan akurasi data dan menghindari informasi yang simpang siur.
Menurut Pelaksana Harian (Plh.) Kepala DPKP Kalsel, Imam Subarkah, sinkronisasi data antar provinsi dan kabupaten/kota sangat penting. Data yang akurat dan konsisten mencegah hambatan dalam perencanaan dan pelaksanaan program ketahanan pangan. Perbedaan data bisa menghambat upaya peningkatan produksi hortikultura di Kalimantan Selatan.
"Melalui pertemuan ini, kita berupaya menyinkronkan angka sementara data hortikultura tahun 2024," ujar Imam. Ia mengapresiasi kesiapan peserta rapat yang telah menyiapkan data justifikasi dengan baik. Ini menunjukkan komitmen bersama untuk meningkatkan pengelolaan data sektor pertanian.
Imam juga menekankan peran teknologi informasi. Aplikasi SIPEDAS, misalnya, dinilai mampu mempermudah pengolahan data. Aplikasi ini memfasilitasi validasi, analisis, dan pelaporan data secara efisien. Dengan demikian, data yang dihasilkan lebih akurat dan transparan untuk semua pihak.
Suksesnya sinkronisasi data ini membutuhkan kolaborasi erat. Kerja sama antara Dinas Pertanian di semua level, Badan Pusat Statistik (BPS), dan pelaku usaha hortikultura sangat penting. Semua pihak harus berkomitmen untuk mewujudkan data yang akurat dan bermanfaat.
Sektor hortikultura memegang peranan penting dalam ketahanan pangan dan perekonomian daerah. Namun, sektor ini juga menghadapi tantangan. Perubahan iklim, misalnya, berupa kekeringan, banjir, dan anomali cuaca lainnya, seringkali mengganggu produktivitas. Serangan Organisme Pengganggu Tanaman (OPT) juga menjadi ancaman serius.
Imam mengajak semua pihak untuk memperhatikan dampak bencana alam terhadap hortikultura. Data mengenai luas lahan yang terdampak kekeringan, banjir, dan kerusakan akibat bencana perlu dianalisis secara cermat. Analisis ini akan membantu merumuskan strategi mitigasi yang efektif dan efisien. Langkah ini penting agar sektor hortikultura tetap produktif dan berkelanjutan.
Kesimpulannya, rapat koordinasi ini menandai langkah penting Kalsel dalam meningkatkan pengelolaan data hortikultura. Dengan data yang akurat dan kolaborasi yang kuat, diharapkan sektor hortikultura di Kalimantan Selatan dapat berkembang pesat dan berkontribusi signifikan terhadap ketahanan pangan dan kesejahteraan masyarakat.