Kearifan Lokal Indonesia: Mengelola Gula Aren Secara Berkelanjutan
Provinsi Banten dan Gorontalo di Indonesia menunjukkan kearifan lokal dalam mengelola gula aren secara berkelanjutan, menghasilkan bioetanol dan berkontribusi pada ekonomi serta pelestarian lingkungan.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Provinsi Banten dan Gorontalo di Indonesia, sejak lama, telah memiliki kearifan lokal dalam mengelola sumber daya alam, termasuk pohon aren. Masyarakat di kedua provinsi ini, dengan bimbingan pemerintah daerah, telah berhasil mengelola pohon aren untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menghasilkan produk bernilai ekonomi. Hal ini dilakukan sebagai respons terhadap tantangan pertumbuhan penduduk dan kebutuhan lahan yang meningkat, serta sebagai upaya untuk mendukung visi global dalam mengatasi perubahan iklim. Penulis artikel ini, Moehammad Amar Ma’ruf, membagikan pengalaman dan pengetahuannya berdasarkan kunjungan dan penelitian yang dilakukannya.
Kearifan lokal ini telah teruji selama berabad-abad, tercermin dalam sejarah maritim kedua daerah tersebut. Baik Banten maupun Gorontalo memiliki sejarah panjang dalam perdagangan maritim, bahkan hukum maritim lokal di Gorontalo, Ammana Gappa (1697-1723), telah memberikan pengaruh pada hukum maritim internasional. Penggunaan kapal Pinisi, yang diakui UNESCO, juga menunjukkan keahlian maritim masyarakat Indonesia.
Program Desa Mandiri Berbasis Aren yang dilakukan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan pada periode 2015-2017 menjadi contoh nyata keberhasilan pengelolaan gula aren berkelanjutan. Program ini tidak hanya menghasilkan gula aren dan kolang-kaling berkualitas tinggi, tetapi juga bioetanol dari nira aren, serta pupuk dan produk biomassa dari sisa proses produksi. Upaya ini sejalan dengan komitmen Indonesia dalam meningkatkan penggunaan biofuel dan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil.
Mengelola Hutan dan Pohon Aren untuk Kemakmuran
Masyarakat Banten dan Gorontalo menunjukkan keahlian luar biasa dalam melestarikan dan memanfaatkan keanekaragaman hayati hutan. Pohon aren, salah satu spesies hutan yang produktif, melimpah di kedua daerah ini. Pengelolaan pohon aren tidak hanya memberikan manfaat ekonomi, tetapi juga manfaat sosial dan lingkungan.
Namun, pertumbuhan penduduk dan kebutuhan lahan yang meningkat mengancam keanekaragaman hayati di kedua wilayah tersebut. Program Desa Mandiri Berbasis Aren berhasil memobilisasi masyarakat untuk mengelola aset hutan melalui pengelolaan pohon aren. Program ini memberikan pelatihan kepada masyarakat untuk memproses nira aren menjadi bioetanol.
Hasilnya sangat mengesankan. Program ini berhasil memproduksi setidaknya 500 liter bioetanol dari 2.500 liter nira aren. Selain bioetanol, masyarakat juga memproduksi kolang-kaling dan gula aren berkualitas tinggi. Sisa proses produksi juga diolah menjadi pupuk dan produk biomassa.
Upaya ini selaras dengan upaya global dalam mengatasi perubahan iklim dan mengurangi penggunaan bahan bakar fosil.
Kerja Sama Internasional untuk Kelestarian Gula Aren
Untuk mempromosikan pengelolaan gula aren berkelanjutan, berbagai lembaga, termasuk Kementerian Luar Negeri, Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan, Fakultas Teknik Universitas Indonesia, Universitas Negeri Gorontalo, dan SESRIC-OIC (berbasis di Turki), telah berkolaborasi menyelenggarakan webinar internasional pada 26 Februari 2025.
Webinar ini dihadiri oleh peserta dari 26 negara dan empat badan internasional (FAO dan tiga badan di OIC). Hal ini menunjukkan komitmen internasional terhadap upaya pelestarian lingkungan dan pengembangan ekonomi berkelanjutan di Indonesia.
Upaya ini semakin bermakna dengan peran serta para narasumber dari Indonesia dalam memobilisasi sumber daya manusia dan alam, terutama di daerah terpencil dan rentan. Meskipun menghadapi tantangan, daerah-daerah ini kaya akan keanekaragaman hayati.
Dengan tekad, pengetahuan, dan dukungan berbagai pihak, Indonesia diharapkan dapat terus berkontribusi pada pembangunan nasional dan global.
Pelestarian keanekaragaman hayati merupakan aset strategis nasional yang harus dioptimalkan. Penting bagi para pemimpin nasional dan daerah untuk memprioritaskan isu ini dan mengintegrasikannya ke dalam program yang seimbang dan praktis. Pohon aren, sebagai salah satu kekayaan flora Indonesia, harus dilestarikan dan dikembangkan.
Semoga semua komponen bangsa, termasuk pemerintah, sektor swasta, individu, dan pihak terkait, baik dalam maupun luar negeri, memiliki visi dan misi yang sama dalam mengelola kearifan lokal secara berkelanjutan. Dengan demikian, kita dapat memastikan keseimbangan antara ketahanan pangan, energi bersih, pelestarian lingkungan, dan pemberdayaan masyarakat secara berkelanjutan.