Kemenhub Gelar Simulasi Antisipasi Sabotase di Pelabuhan Benoa, Bali
Kementerian Perhubungan menggelar latihan penanggulangan sabotase dan serangan siber di Pelabuhan Benoa, Bali, untuk memastikan keamanan pelabuhan internasional vital ini.

Kementerian Perhubungan (Kemenhub) baru-baru ini menggelar latihan penanggulangan gangguan keamanan di Pelabuhan Benoa, Denpasar, Bali. Simulasi ini mencakup berbagai skenario, termasuk sabotase dan serangan siber terhadap fasilitas pelabuhan dan kapal. Latihan tersebut melibatkan berbagai instansi, menekankan pentingnya kesiapsiagaan dalam menghadapi ancaman keamanan maritim.
Kepala Sub Direktorat Pengamanan, Direktorat Pengawasan Laut dan Pelayaran Kemenhub, Yuserizal, menjelaskan pentingnya latihan ini. "Latihan ini penting dan wajib untuk kesiapsiagaan apabila ada ancaman, kami bisa tahu harus bertindak seperti apa," ujarnya di Pelabuhan Benoa. Simulasi ini bertujuan untuk mengasah kemampuan respons terhadap berbagai ancaman, memastikan koordinasi antar instansi berjalan lancar, dan mengidentifikasi potensi kelemahan dalam sistem keamanan.
Pelabuhan Benoa dipilih sebagai lokasi simulasi karena perannya sebagai salah satu pelabuhan utama Indonesia yang melayani rute internasional, termasuk kapal pesiar. Sebagai pintu gerbang pariwisata dunia, keamanan Pelabuhan Benoa menjadi perhatian internasional, termasuk dari otoritas keamanan Amerika Serikat dan Australia. Simulasi ini juga merupakan kewajiban Pelabuhan Benoa sebagai pelabuhan yang telah memenuhi standar International Ship and Port Security (ISPS) Code.
Koordinasi Antar Instansi dan Sistem Keamanan Pelabuhan
Simulasi melibatkan Kantor Kesyahbandaran dan Otoritas Pelabuhan (KSOP) Benoa sebagai koordinator Komite Keamanan Pelabuhan (PSC). PSC terdiri dari berbagai instansi, termasuk TNI, Polri, Badan SAR Nasional, Bea Cukai, Imigrasi, dan Karantina. Koordinasi antar instansi ini menjadi fokus utama latihan, untuk memastikan respons yang cepat dan terpadu terhadap berbagai ancaman.
Yuserizal menjelaskan sistem level keamanan yang diterapkan. Terdapat tiga level: level satu (situasi normal), level dua (ada ancaman), dan level tiga (ancaman telah terjadi). Penanganan ancaman, seperti ancaman bom, akan ditangani oleh instansi yang berwenang, dalam hal ini kepolisian. Latihan ini juga berfokus pada peningkatan komunikasi dan koordinasi antar instansi dalam menghadapi berbagai skenario ancaman.
Selain itu, latihan ini juga bertujuan untuk mengidentifikasi celah keamanan dan memastikan penanganan ancaman dilakukan dengan cepat dan efektif. Dengan adanya simulasi ini, diharapkan kesiapan personel dan sistem keamanan pelabuhan dapat terus ditingkatkan.
Pentingnya Pelabuhan Benoa dan Standar ISPS Code
Yuserizal menambahkan bahwa Pelabuhan Benoa, bersama Pelabuhan Tanjung Priok dan Tanjung Perak, merupakan salah satu corong Indonesia di mata dunia. Statusnya sebagai pelabuhan internasional yang melayani rute kapal pesiar internasional mengharuskan penerapan standar keamanan yang tinggi. Pelabuhan Benoa telah memenuhi standar ISPS Code, sehingga wajib melakukan simulasi minimal 12 bulan sekali atau paling lambat 18 bulan sekali.
Saat ini, Pelabuhan Benoa tidak hanya melayani kargo dan penumpang domestik, tetapi juga melayani rute internasional. Hal ini semakin menggarisbawahi pentingnya simulasi keamanan untuk menjaga keamanan dan kelancaran operasional pelabuhan. Di seluruh Indonesia, terdapat 440 pelabuhan umum, utama, dan kelas satu yang telah memenuhi kode ISPS.
Dengan adanya simulasi ini, diharapkan Pelabuhan Benoa dan pelabuhan-pelabuhan lain di Indonesia dapat terus meningkatkan kesiapsiagaan dalam menghadapi berbagai ancaman keamanan, sehingga operasional pelabuhan tetap aman dan lancar.
Simulasi ini menunjukkan komitmen pemerintah dalam menjaga keamanan pelabuhan-pelabuhan di Indonesia, khususnya pelabuhan-pelabuhan yang memiliki peran penting dalam perekonomian dan pariwisata nasional.