KemenPPPA Awasi Penanganan Anak Korban Kekerasan di Nias Selatan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) memantau penanganan medis dan psikologis anak perempuan penyandang disabilitas akibat kekerasan di Nias Selatan, Sumatera Utara; satu tersangka telah ditetapkan, dan proses hukum terus b

KemenPPPA Awasi Penanganan Anak Korban Kekerasan di Nias Selatan
Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) sedang mengawasi ketat proses pemulihan seorang anak perempuan di Nias Selatan, Sumatera Utara. Anak tersebut mengalami disabilitas diduga akibat kekerasan yang dialaminya. Peristiwa ini terjadi pada Kamis lalu, dan kini menjadi fokus perhatian KemenPPPA.
Deputi Bidang Perlindungan Khusus Anak KemenPPPA, Nahar, menyatakan bahwa korban sedang mendapatkan penanganan medis dan psikologis intensif. Dinas Kesehatan, Dinas Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP3A), serta Unit Pelaksana Teknis Daerah Perlindungan Perempuan dan Anak (UPTD PPA) bekerja sama untuk memberikan dukungan terbaik bagi anak tersebut. Pihak-pihak terkait berkomitmen penuh dalam memberikan perawatan terbaik bagi korban.
Setelah perawatan medis selesai, rencana selanjutnya adalah menempatkan anak tersebut di rumah aman. Langkah ini bertujuan untuk menjamin keselamatan dan kesejahteraan korban, memberikan rasa aman dan perlindungan optimal selama proses pemulihan.
Sementara itu, proses hukum kasus kekerasan ini ditangani oleh Polres Nias Selatan. Nahar menjelaskan, "Proses hukumnya ditangani oleh Polres Nias Selatan dan satu orang sudah jadi tersangka, dan yang lainnya masih menunggu hasil visum." Artinya, penyelidikan masih berlanjut untuk mengungkap semua pihak yang terlibat dan mempertanggungjawabkan perbuatan mereka.
Korban, seorang anak perempuan berusia 10 tahun (inisial NN), mengalami disabilitas pada kedua kakinya. Dugaan kuat mengarah pada kekerasan fisik dan psikis yang dialaminya sejak kecil. Kekerasan tersebut diduga dilakukan oleh kerabat dari ayah korban.
Menurut keterangan Nahar, "Prediksinya (kekerasan) terjadi sejak ibunya pergi, anak diasuh oleh ayah, lalu ayahnya stroke, setelah sembuh stroke, ayah pergi bekerja merantau ke luar kota (keluar Pulau Nias), sejak saat itu anak diasuh keluarga ayah (kakek, nenek, dua paman dan seorang tante) diduga mengalami kekerasan." Kondisi keluarga yang tidak stabil dan kurangnya pengawasan diduga menjadi faktor pemicu terjadinya kekerasan ini.
Saat ini, ayah korban telah meninggal dunia, sementara ibunya telah meninggalkan anak tersebut dan kembali kepada orang tuanya. Kondisi ini menambah kompleksitas kasus dan menyoroti pentingnya perlindungan bagi anak-anak yang rentan terhadap kekerasan.
Kasus ini menyoroti betapa pentingnya perlindungan anak dan penanganan kasus kekerasan terhadap anak secara serius dan menyeluruh. KemenPPPA memastikan akan terus memantau perkembangan kasus ini hingga tuntas.