Keterlambatan Visa Haji Picu Pemisahan Rombongan Jamaah, Kemenag Lakukan Upaya Reunifikasi
Keterlambatan visa haji menjadi penyebab utama terpisahnya jamaah dari rombongan, Kemenag berupaya melakukan reunifikasi jamaah haji.

Direktur Jenderal Penyelenggaraan Haji dan Umrah (Dirjen PHU) Hilman Latief mengungkapkan bahwa keterlambatan penerbitan visa menjadi penyebab utama banyaknya jamaah calon haji yang terpisah dari rombongan mereka pada awal keberangkatan. Hal ini disampaikan dalam Rapat Kerja bersama Komisi VIII DPR RI di Jakarta, Senin.
Hilman Latief menjelaskan, keterlambatan penerbitan visa menyebabkan sebagian calon haji harus menunda keberangkatan mereka. Situasi ini mengakibatkan kursi yang kosong dialihkan ke jamaah dari kloter lain yang ditangani oleh perusahaan penyelenggara haji (syarikah) yang berbeda.
“Pada awal-awal keberangkatan misalnya kita menyaksikan sebagian visa jamaah kita belum terbit, padahal mereka juga sudah dijadwalkan untuk berangkat atau terbang ke tanah suci,” ujar Hilman. Kemenag terus berupaya mengantisipasi kejadian serupa di masa mendatang.
Dampak Penggunaan Banyak Syarikah
Untuk pertama kalinya, jamaah calon haji Indonesia dilayani oleh delapan syarikah. Sebelumnya, hanya ada satu syarikah yang melayani jamaah haji Indonesia. Transformasi yang dilakukan oleh Arab Saudi ini menuntut Indonesia untuk beradaptasi dengan perubahan layanan haji.
Perubahan ini berdampak pada munculnya persoalan pemisahan rombongan jamaah haji. Hilman Latief mengakui bahwa kejadian seperti ini terus diantisipasi oleh Kemenag untuk penyelenggaraan haji di masa depan.
Menurut Hilman, Kemenag telah mengambil langkah-langkah untuk melakukan reunifikasi atau penggabungan kembali jamaah yang terpisah, termasuk pasangan suami-istri, mahram, lansia, dan pendampingnya. Langkah ini bertujuan untuk memastikan seluruh jamaah dapat kembali bersama, terutama menjelang puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina.
Upaya Reunifikasi Jamaah Haji Terus Dilakukan
Kemenag telah melakukan pendataan ulang terhadap anggota jamaah yang terpisah dari rombongan, baik yang sudah berada di tanah suci maupun yang masih menunggu keberangkatan di tanah air. Data tersebut kemudian diklasifikasikan dan diserahkan kepada Kementerian Haji dan Umrah Arab Saudi.
Pemerintah Saudi memberikan respons positif terhadap upaya reunifikasi ini. Proses penggabungan jamaah yang terpisah sedang berlangsung, dan diharapkan seluruhnya dapat kembali bersama, terutama saat berada di Makkah menjelang puncak haji.
“Insya Allah proses penggabungan jamaah yang terpisah ini sedang berlangsung, dan kami berharap seluruhnya bisa kembali bersama, terutama saat berada di Makkah menjelang puncak haji di Arafah, Muzdalifah, dan Mina,” kata Hilman.
Pemisahan Petugas Kloter dan Solusi dari Kemenag
Tidak hanya jamaah, sejumlah petugas kloter juga mengalami pemisahan dengan rombongan jamaah karena penetapan syarikah yang berbeda. Bahkan, beberapa petugas kesehatan juga terpisah dari rombongan.
Kemenag memastikan bahwa petugas kesehatan akan selalu ada di setiap kloter dan sektor. Jika ada jamaah yang membutuhkan bantuan medis, mereka dapat dilayani oleh petugas kesehatan terdekat.
“Bahkan ada petugas kesehatan yang terpisah. Kami pastikan petugas kesehatan ada di semua kloter dan sektor. Bila ada jamaah yang membutuhkan, bisa dilayani oleh petugas kesehatan terdekat,” kata Hilman.
Keterlambatan visa dan penggunaan banyak syarikah menjadi tantangan dalam penyelenggaraan haji tahun ini. Kemenag terus berupaya untuk mengatasi masalah ini dan memastikan seluruh jamaah dapat menjalankan ibadah haji dengan lancar dan aman.