Kisah Inspiratif: Dua Petani Muda Banyuwangi Sukses Raup Omzet Jutaan dari Hidroponik, Bukti Pertanian Bukan Profesi Tertinggal!
Pemkab Banyuwangi dorong lahirnya Petani Muda Banyuwangi. Simak kisah Saiful dan Ferdiansyah, dua pemuda yang sukses berbisnis hidroponik dan raup jutaan rupiah!

Pemerintah Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, secara konsisten berupaya mendorong lahirnya generasi petani muda yang kreatif serta mandiri. Langkah ini dilakukan untuk mengajak kaum muda setempat agar tidak ragu menekuni sektor pertanian yang kini semakin modern.
Bupati Banyuwangi, Ipuk Fiestiandani, mencontohkan keberhasilan dua pemuda asal Kecamatan Glenmore yang sukses mengembangkan usaha pertanian hidroponik selada. Mereka membuktikan bahwa pertanian bukan lagi profesi yang tertinggal, melainkan dapat menjadi jalan sukses bila ditekuni dengan ilmu dan inovasi.
Kedua pemuda inspiratif tersebut adalah Saiful Bahri dan Ferdiansyah, yang merupakan pelaku agribisnis. Keduanya lahir dari program inovatif Pemkab Banyuwangi, yaitu "Jagoan Tani", sebuah inisiatif untuk mencetak wirausahawan muda di bidang pertanian.
Program Jagoan Tani: Mencetak Wirausahawan Pertanian Muda
Program Jagoan Tani merupakan salah satu upaya konkret Pemerintah Kabupaten Banyuwangi dalam meregenerasi sektor pertanian. Inisiatif ini dirancang untuk membekali generasi muda dengan pengetahuan dan keterampilan yang dibutuhkan untuk berinovasi di bidang agribisnis.
Bupati Ipuk Fiestiandani menegaskan pentingnya peran anak muda dalam memajukan pertanian. Ia mengajak lebih banyak anak muda untuk bergabung dengan program Jagoan Tani, melihat potensi besar yang ada di sektor ini.
Melalui program ini, para peserta mendapatkan bimbingan dan pelatihan, sehingga mereka dapat memulai dan mengembangkan usaha pertanian mereka sendiri. Pendampingan ini mencakup aspek teknis budidaya hingga manajemen bisnis.
Perjalanan Saiful Bahri: Dari Nol Hingga Omzet Jutaan
Saiful Bahri, salah satu alumni Jagoan Tani, memulai usahanya saat pandemi COVID-19 pada tahun 2020. Ia terinspirasi setelah melihat kegiatan bertani hidroponik di Pay Farm, usaha milik Ferdiansyah yang berlokasi di Desa Karangharjo, Kecamatan Glenmore.
Perjalanan Saiful tidaklah mudah. Ia merintis tiang greenhouse dari bambu dan atap plastik seadanya, menghadapi berbagai tantangan. Pernah semua tanaman selada mati karena kelebihan nutrisi, dan atap greenhouse-nya sempat roboh akibat hujan deras.
Namun, Saiful tidak menyerah. Ia terus bangkit dan belajar dari setiap kesalahan yang terjadi. Kini, ia telah memiliki greenhouse berukuran 12x20 meter, dilengkapi dengan 10 meja tanam dan 4.500 lubang hidroponik yang produktif.
Setiap hari, Saiful mampu memanen sekitar 10 hingga 20 kilogram selada, yang sebagian besar dipasok ke gerai kebab dan toko salad di Banyuwangi. Omzet hariannya mencapai sekitar Rp200.000, dengan potensi omzet bulanan sekitar Rp6.000.000, bahkan bisa lebih tinggi saat harga jual naik. Saat ini, harga jual per kilogram selada ke mitra berkisar Rp20.000.