Kolaborasi RI-Prancis Pacu Produksi Alutsista Lokal
Kemhan RI menyambut baik kolaborasi Indonesia-Prancis dalam produksi kendaraan lapis baja P2 Tiger, bertujuan meningkatkan kemandirian alutsista TNI dan memacu pertumbuhan industri pertahanan dalam negeri.

Kementerian Pertahanan (Kemhan) Indonesia memberikan apresiasi positif atas kerja sama antara PT SSE (Indonesia) dan Texelis (Prancis) dalam memproduksi kendaraan lapis baja P2 Tiger 4x4 untuk TNI Angkatan Darat. Peluncuran di Banten, Kamis lalu, menandai langkah signifikan dalam pengembangan industri pertahanan nasional.
Direktur Jenderal Potensi Pertahanan Kemhan, Mayjen TNI Piek Budyakto, menyatakan dukungan penuh pemerintah terhadap inisiatif ini. Kebijakan pemerintah difokuskan untuk memperkuat ekosistem industri pertahanan, mendorong inovasi, dan mendukung kemitraan internasional serta pengembangan teknologi lokal. Hal ini sejalan dengan komitmen Menteri Pertahanan, Sjafrie Sjamsoeddin, untuk memprioritaskan penggunaan produk dalam negeri oleh TNI.
Mayjen Piek menekankan pentingnya pertumbuhan industri pertahanan dalam negeri. Saat ini, kandungan lokal dalam alat peralatan pertahanan dan keamanan (alpalhankam) baru mencapai sekitar 40 persen, masih jauh dari target 70 persen. Namun, ia optimis target tersebut tercapai berkat Undang-Undang Cipta Kerja 2019. Peningkatan kandungan lokal ini penting untuk mewujudkan kemandirian Indonesia, terutama di sektor pertahanan.
P2 Tiger, kendaraan taktis buatan PT SSE di Tangerang, merupakan hasil kolaborasi nyata. Kendaraan dengan bobot 18 ton ini dirakit penuh oleh PT SSE, dengan dukungan Texelis, perusahaan asal Prancis yang berpengalaman dalam pengembangan APC Serval 4x4 untuk Angkatan Darat Prancis. Kolaborasi ini memungkinkan transfer teknologi dan peningkatan kemampuan produksi dalam negeri.
Dibandingkan dengan model sebelumnya, P2 Tiger menawarkan peningkatan signifikan. Tenaga mesin lebih besar, kapasitas angkut dan ruang lebih luas, serta manuver lebih baik berkat suspensi independen. Dari segi proteksi, P2 Tiger memenuhi standar STANAG 4569 level 2 hingga 4, tergantung konfigurasi. Berat kosongnya 14 ton dengan bobot maksimal 18 ton.
Kerja sama ini bukan hanya sekadar transfer teknologi, tetapi juga upaya strategis untuk meningkatkan kemampuan pertahanan Indonesia. Dengan melibatkan perusahaan swasta dan kolaborasi internasional, Indonesia menunjukkan komitmen nyata dalam membangun kemandirian di sektor pertahanan. Keberhasilan produksi P2 Tiger menjadi bukti nyata langkah Indonesia dalam memajukan industri pertahanan dalam negeri.
Ke depan, diharapkan akan lebih banyak lagi kolaborasi serupa yang terjalin, memperkuat posisi Indonesia di industri pertahanan global. Pemerintah akan terus mendukung pengembangan industri pertahanan nasional melalui berbagai kebijakan strategis, memastikan kemandirian dan kedaulatan di bidang pertahanan.