Korban Longsor Petungkriono, Pekalongan Bertambah Jadi 24 Jiwa
Peristiwa tanah longsor di Petungkriono, Pekalongan, Jawa Tengah, telah memakan 24 korban jiwa hingga Jumat (24/1), dengan tim gabungan masih melakukan pencarian dan pemantauan wilayah rawan bencana susulan.

Bencana tanah longsor di Kecamatan Petungkriono, Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, telah menambah jumlah korban meninggal dunia menjadi 24 orang hingga Jumat, 24 Januari 2024. Tim gabungan dari berbagai instansi terus bekerja keras melakukan pencarian dan penyelamatan korban.
Lettu Marinir Anjar, Komandan Tim SRU 1 Lanal Tegal, yang turut serta dalam operasi pencarian dan penyelamatan, menyatakan bahwa proses pencarian melibatkan tim gabungan penanggulangan bencana dan prajurit Lanal Tegal. Komitmen mereka untuk memastikan seluruh korban ditemukan dan masyarakat terdampak mendapatkan bantuan maksimal sangatlah tinggi. "Kami tidak akan berhenti sampai memastikan semua korban ditemukan dan masyarakat terdampak mendapat bantuan maksimal," tegasnya.
Salah satu korban yang ditemukan merupakan anak dari sekretaris desa setempat. Jenazah anak tersebut ditemukan sekitar 300 meter dari rumahnya. Sementara itu, satu jenazah lain diduga masih tertimbun material longsor dan pencarian masih terus dilakukan.
Selain fokus pada pencarian korban, tim gabungan juga melakukan pemantauan di titik-titik rawan longsor untuk mencegah terjadinya bencana susulan. Koordinasi intensif dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) dilakukan untuk memperbarui peta risiko wilayah yang terdampak. Hal ini penting untuk mengantisipasi potensi bahaya dan memastikan keselamatan warga. "Koordinasi intensif dilakukan bersama BPBD untuk memperbarui peta risiko wilayah terdampak," ungkap Lettu Marinir Anjar.
Tidak hanya fokus pada evakuasi dan pencarian, tim gabungan juga menyediakan layanan medis dan dukungan psikologis bagi masyarakat, terutama keluarga korban. Bantuan ini krusial untuk membantu mereka melewati masa sulit pasca-bencana.
Meskipun medan yang sulit menjadi tantangan utama, tim penyelamat tetap fokus pada penyelamatan korban yang belum ditemukan dan upaya pemulihan wilayah yang terdampak bencana. Keuletan dan kerja keras tim gabungan ini patut diapresiasi.
Kesimpulannya, bencana longsor di Petungkriono telah mengakibatkan duka mendalam bagi masyarakat Pekalongan. Proses pencarian dan penyelamatan masih terus berlanjut, dengan dukungan berbagai pihak yang bekerja sama untuk meminimalisir dampak dan memberikan bantuan kepada para korban dan keluarga yang terkena dampak.