Korupsi Aset KAI Rp35,49 Miliar: Dua Tersangka Ditahan di Medan
Kejari Medan menetapkan dua tersangka korupsi penguasaan aset PT KAI senilai Rp35,49 miliar lebih, dengan kerugian negara mencapai puluhan miliar rupiah.

Kejaksaan Negeri (Kejari) Medan, Sumatera Utara, baru-baru ini menetapkan dua tersangka dalam kasus dugaan korupsi penguasaan aset milik PT Kereta Api Indonesia (KAI). Kasus ini mengakibatkan kerugian keuangan negara yang signifikan, mencapai lebih dari Rp35,49 miliar. Tersangka, berinisial RTS dan JER, masing-masing diduga melakukan tindakan melawan hukum yang merugikan negara.
Kasi Pidsus Kejari Medan, Mochamad Ali Rizza, mengumumkan penetapan tersangka tersebut pada Jumat, 28 Februari 2024 di Medan. Ia menjelaskan bahwa penyidik telah menemukan bukti cukup untuk menetapkan keduanya sebagai tersangka. Peran kedua tersangka dalam kasus ini berbeda, namun sama-sama mengakibatkan kerugian besar bagi negara.
Penyelidikan yang dilakukan Kejari Medan mengungkap bahwa aset KAI yang dikuasai secara ilegal terletak di dua lokasi berbeda di Kota Medan, yaitu Jalan Sutomo dan Jalan Perintis Kemerdekaan. Kedua tersangka diduga terlibat dalam skema pengalihan aset yang merugikan keuangan negara.
Peran Tersangka dan Kerugian Negara
Tersangka RTS diduga menguasai dan memanfaatkan aset PT KAI di Jalan Sutomo Medan tanpa hak dan izin. Akibat perbuatannya, negara mengalami kerugian sebesar Rp21.911.000.000,00 berdasarkan perhitungan Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) RI. Sementara itu, tersangka JER diduga mengalihkan penguasaan aset PT KAI di Jalan Perintis Kemerdekaan Medan kepada pihak yang tidak berhak, dan menerima kompensasi pembayaran atas tindakan tersebut.
Perbuatan tersangka JER ini mengakibatkan kerugian negara sebesar Rp13.579.970.000,00. Total kerugian negara akibat perbuatan kedua tersangka mencapai Rp35.490.970.000,00 atau lebih dari Rp35,49 miliar. Angka ini menunjukkan besarnya dampak negatif dari tindakan korupsi yang dilakukan oleh kedua tersangka.
Setelah ditetapkan sebagai tersangka, kedua tersangka langsung ditahan di Rumah Tahanan Negara (Rutan) Kelas I Medan. Tersangka RTS ditahan sejak Selasa, 25 Februari 2024, sementara tersangka JER ditahan pada Kamis, 27 Februari 2024. Penahanan dilakukan selama 20 hari ke depan untuk keperluan penyidikan lebih lanjut.
Dakwaan dan Pasal yang Diterapkan
Kedua tersangka dijerat dengan Pasal 2 ayat (1) Subs Pasal 3 Jo Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 sebagaimana diubah dengan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2001 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo Pasal 55 ayat (1) Ke 1 KUHP. Mereka juga dijerat dengan Pasal 15 Jo Pasal 18 ayat (1) Undang-Undang yang sama, menunjukkan keseriusan Kejari Medan dalam menangani kasus ini.
Kasus ini menjadi pengingat penting tentang perlunya pengawasan yang ketat terhadap aset negara. Kerugian negara yang sangat besar akibat korupsi ini menunjukkan betapa pentingnya penegakan hukum yang tegas dan transparan untuk mencegah terjadinya kasus serupa di masa mendatang. Proses hukum akan terus berlanjut untuk memastikan keadilan ditegakkan dan aset negara dilindungi.
Proses hukum terhadap kedua tersangka akan terus berjalan. Kejari Medan berkomitmen untuk mengusut tuntas kasus ini dan memastikan bahwa kedua tersangka mempertanggungjawabkan perbuatannya di depan hukum. Publik berharap kasus ini dapat menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak agar senantiasa menjunjung tinggi integritas dan menghindari tindakan korupsi.