KSP Dorong Peningkatan Potensi Pelabuhan Batam di Selat Malaka
Kepala KSP mendorong pengembangan Pelabuhan Batu Ampar di Batam untuk memaksimalkan potensi strategis jalur pelayaran internasional Selat Malaka, mengingat kapasitasnya yang masih jauh di bawah Singapura dan Malaysia.

Kepala Kantor Staf Kepresidenan (KSP) RI, A.M. Putranto, menekankan pentingnya memaksimalkan potensi strategis pelabuhan di Batam, khususnya pengembangan Pelabuhan Logistik Internasional Batu Ampar. Hal ini disampaikan dalam Rapat Koordinasi Program Prioritas Pengembangan Transportasi Laut dan Galangan Kapal Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau (Kepri), pada Rabu (12/3). Pertemuan tersebut membahas upaya untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan Batam guna menangkap peluang besar di jalur pelayaran internasional Selat Malaka.
Putranto menyoroti perbedaan kapasitas pelabuhan Batam dengan Singapura dan Malaysia. Singapura mampu mengelola hingga 40 juta TEUs per tahun, Malaysia 10 juta TEUs per tahun, sementara Batam hanya 670.000 TEUs per tahun. Beliau menegaskan perlunya upaya bersama untuk meningkatkan kapasitas pelabuhan Batam agar dapat bersaing di kancah internasional. "Hal ini mengingat terminal Singapura sudah bisa memanfaatkan hingga 40 juta TEUs per tahun, Malaysia 10 juta TEUs/tahun, dan Kota Batam Provinsi Kepri baru 670.000 TEUs/tahun. Ini harus terus didorong agar bisa menangkap peluang yang makin besar lagi ke depan," ujar A.M. Putranto.
Pengembangan Pelabuhan Logistik Internasional Batu Ampar menjadi fokus utama. Proyek ini dibagi dalam dua tahap. Tahap pertama (2023-2025) membutuhkan investasi Rp1,1 triliun, dan tahap kedua (2025-2028) membutuhkan investasi Rp2,7 triliun. Investasi besar ini diharapkan mampu meningkatkan kapasitas dan daya saing pelabuhan Batam di tingkat internasional. "Ini akan bisa menangkap peluang tersebut nantinya," tambah Putranto.
Potensi Batam di Selat Malaka
Letak geografis Kepri yang strategis di Selat Malaka, jalur perdagangan utama dunia, menjadi keunggulan tersendiri. Gubernur Kepri, Ansar Ahmad, dalam sambutannya menjelaskan bahwa Kepri berbatasan langsung dengan Singapura dan Malaysia, memberikan akses yang mudah ke pasar internasional. Provinsi ini juga terus berupaya meningkatkan perekonomiannya, termasuk dengan rencana pengembangan dunia kedirgantaraan pada tahun 2026 melalui kerjasama dengan PT Dirgantara Indonesia.
Ansar Ahmad juga menyampaikan berbagai program pembangunan lainnya, termasuk pembangunan jembatan Batam-Bintan dan pengembangan sektor kemaritiman seperti industri perikanan laut, perumahan, pariwisata, serta sektor energi dan sumber daya mineral. Beliau juga memohon dukungan pemerintah pusat, terutama untuk proyek strategis nasional di Batam seperti Rempang Eco-City.
Kepala BP Batam, Amsakar Ahmad, menambahkan bahwa Batam telah berkembang pesat sebagai kota industri, pariwisata, perdagangan, dan alih kapal selama enam dekade terakhir. Pertumbuhan ekonomi Batam mencapai 6,69 persen pada tahun 2024, melampaui pertumbuhan ekonomi nasional. "Batam terus bertumbuh perekonomiannya yang mencapai 6,69 persen pada tahun 2024, atau di atas pertumbuhan ekonomi nasional. Pertumbuhan ini akan terus ditingkatkan ke depannya," kata Amsakar Ahmad.
Target Pengembangan Pelabuhan Batu Ampar
Pelabuhan Batu Ampar ditargetkan menjadi international transshipment hub. Target jangka pendek, menengah, dan panjang meliputi peningkatan layanan transshipment, jasa penanganan peti kemas, jasa penumpukan peti kemas, jasa pandu dan tunda kapal, hingga STS dan FSU. Dengan peningkatan layanan ini, diharapkan Pelabuhan Batu Ampar dapat bersaing dan menarik lebih banyak investasi.
Pengembangan Pelabuhan Batu Ampar diharapkan dapat meningkatkan konektivitas dan daya saing ekonomi di wilayah Kepri dan Indonesia secara keseluruhan. Proyek ini juga akan membuka peluang kerja baru dan meningkatkan pendapatan masyarakat sekitar. Pemerintah pusat dan daerah berkomitmen untuk mendukung pengembangan pelabuhan ini agar dapat mencapai target yang telah ditetapkan.
Secara keseluruhan, upaya pengembangan Pelabuhan Batu Ampar merupakan langkah strategis untuk meningkatkan peran Indonesia dalam jalur pelayaran internasional Selat Malaka. Dengan dukungan dan kerjasama semua pihak, diharapkan pelabuhan ini dapat menjadi pusat logistik utama di kawasan tersebut.