KSTI 2025: Mendiktisaintek Tegaskan Konvensi Sains Jadi Awal Penggerak Industri dan Ekonomi Nasional
Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi menekankan KSTI 2025 sebagai langkah awal krusial untuk menggerakkan industri dan ekonomi melalui pengembangan sains nasional.

Menteri Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Mendiktisaintek), Brian Yuliarto, menegaskan bahwa Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 merupakan titik awal krusial bagi pembuktian sains dalam menggerakkan sektor industri dan memajukan perekonomian nasional. Pernyataan ini disampaikan Brian saat menutup gelaran KSTI 2025 di Sasana Budaya Ganesa (Sabuga), Bandung, pada Sabtu (09/8).
Brian menekankan bahwa KSTI 2025 bukanlah akhir dari upaya, melainkan permulaan dari kerja keras para peneliti, profesor, dosen, dan mahasiswa. Mereka diharapkan dapat membuktikan penguasaan sains dan teknologi yang mampu melahirkan industri-industri berbasis ilmu pengetahuan. Konvensi ini berlangsung selama tiga hari, dari 7 hingga 9 Agustus 2025.
Acara berskala nasional dan internasional ini mengundang lebih dari 350 pimpinan perguruan tinggi serta 1.000 peneliti terbaik di Indonesia. KSTI 2025 berfokus pada integrasi riset, pendidikan tinggi, dan industri, dengan tema utama "Sains dan Teknologi untuk Pertumbuhan dan Pemerataan Ekonomi".
Peta Jalan Riset Nasional dan Kolaborasi Lintas Sektor
Menteri Brian mengungkapkan bahwa berbagai kolaborasi lintas sektor yang terjalin selama KSTI 2025 telah berhasil merumuskan sebuah peta jalan riset nasional. Peta jalan ini dirancang untuk memastikan bahwa penelitian dan kajian di perguruan tinggi dapat secara langsung menjawab tantangan serta permasalahan yang ada di industri, termasuk kebutuhan BUMN, UMKM, dan pemerintahan.
Dengan adanya peta jalan yang terarah, Brian Yuliarto, yang juga mantan Wakil Rektor Institut Teknologi Bandung (ITB), menyatakan optimismenya. Ia meyakini bahwa di masa depan, Indonesia akan mampu melahirkan lebih banyak industri yang sepenuhnya berbasis pada sains dan teknologi. Kolaborasi semacam ini menjadi kunci utama dalam mencapai tujuan tersebut.
Fokus pada relevansi riset dengan kebutuhan nyata di lapangan menjadi prioritas utama. Hal ini bertujuan agar setiap inovasi dan penemuan ilmiah tidak hanya berhenti di laboratorium, tetapi dapat diimplementasikan untuk memberikan dampak konkret dan berkelanjutan. Integrasi kuat antara dunia akademik dan sektor industri diharapkan semakin terwujud.
Dampak Ekonomi dan Peningkatan Kesejahteraan
Brian menjelaskan bahwa lahirnya industri-industri berbasis sains dan teknologi akan membawa dampak positif signifikan bagi perekonomian nasional secara menyeluruh. Salah satu harapan utamanya adalah penurunan angka impor produk secara drastis, sehingga ketergantungan Indonesia terhadap pasokan dari luar negeri dapat berkurang substansial.
Dengan semakin banyaknya industri yang berkembang di dalam negeri, kesejahteraan bangsa secara keseluruhan akan meningkat pesat. Ini sejalan dengan visi pemerintah untuk mendorong kemandirian ekonomi yang kuat. Peningkatan produksi domestik akan membuka lapangan kerja baru dan menggerakkan roda perekonomian dari berbagai sektor.
Visi besar ini sejalan dengan pesan khusus yang disampaikan oleh Presiden RI Prabowo Subianto kepada seluruh talenta riset tanah air. Presiden berharap mereka dapat bersatu padu membangun Indonesia melalui penguatan riset dan penguasaan teknologi yang berkelanjutan demi kemajuan bangsa.
Sektor Prioritas dan Strategi Transformasi
Konvensi Sains, Teknologi, dan Industri Indonesia (KSTI) 2025 menitikberatkan pada integrasi riset, pendidikan tinggi, dan industri dalam delapan sektor prioritas yang telah ditentukan. Sektor-sektor tersebut meliputi pangan, energi, kesehatan, pertahanan, dan maritim, yang merupakan pilar penting pembangunan.
Selain itu, hilirisasi dan industrialisasi juga menjadi fokus utama untuk meningkatkan nilai tambah produk domestik. Sektor digitalisasi, termasuk kecerdasan buatan (AI) dan semikonduktor, turut menjadi perhatian penting dalam menghadapi era revolusi industri 4.0.
Terakhir, pengembangan material dan manufaktur maju juga masuk dalam daftar prioritas strategis. Pemilihan sektor-sektor ini didasarkan pada potensi signifikan mereka untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pemerataan di seluruh wilayah Indonesia secara berkelanjutan. KSTI 2025 menjadi forum strategis berskala nasional dan internasional untuk mempercepat transformasi ekonomi nasional berbasis sains dan teknologi.