Mahasiswa UI Temukan Potensi Hidrogen Geologis Pertama di Indonesia, Buka Peluang Energi Bersih
Penelitian mahasiswa UI mengungkap potensi hidrogen geologis di Tanjung Api, Sulawesi Tengah, menawarkan solusi energi bersih dan mengurangi ketergantungan Indonesia pada energi fosil.

Mahasiswa Departemen Teknik Kimia Universitas Indonesia (UI), Deni Suryo Pratama, berhasil melakukan penelitian yang mengungkap potensi hidrogen geologis pertama di Indonesia. Penelitian yang dilakukan di Tanjung Api, Sulawesi Tengah, menunjukkan kandungan hidrogen alami mencapai 35,56 persen pada rembesan gas alamiah, menjadikan lokasi ini sangat prospektif untuk pengembangan energi bersih berbasis hidrogen. Penelitian ini tidak hanya memberikan temuan ilmiah penting, tetapi juga menawarkan solusi inovatif untuk masa depan energi Indonesia.
Penelitian Deni, yang bertajuk “Analisis Tekno-Ekonomi dan Evaluasi Regulasi Produksi Hidrogen Geologis di Tanjung Api, Sulawesi”, dilakukan di Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Hasilnya menunjukkan bahwa skema Gross Split – Nonkonvensional (95 persen untuk kontraktor dan 5 persen untuk pemerintah) merupakan opsi paling ekonomis untuk mengeksploitasi potensi hidrogen geologis ini. Deni juga mengusulkan penggunaan teknologi Pressure Swing Adsorption (PSA) untuk menghasilkan hidrogen dengan kemurnian tinggi.
Temuan ini memiliki implikasi yang sangat signifikan bagi Indonesia. Seperti yang dikatakan Deni, "Jika hasil penelitian ini diimplementasikan secara nyata, maka produksi hidrogen geologis dari wilayah seperti Tanjung Api dapat menjadi alternatif energi bersih yang berkelanjutan sekaligus mengurangi ketergantungan Indonesia terhadap impor energi fosil." Lebih lanjut, teknologi ini juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru, meningkatkan kapasitas riset nasional, dan menyediakan sumber energi ramah lingkungan bagi industri dan masyarakat, terutama di wilayah timur Indonesia.
Potensi Ekonomi dan Teknologi Produksi Hidrogen Geologis
Deni menjelaskan bahwa Levelized Cost of Hydrogen (LCOH) dapat ditekan hingga 3,89 USD/MMBTU jika gas alam dijual sebagai produk sampingan. Namun, tanpa penjualan gas alam, LCOH melonjak menjadi 13,39 USD/MMBTU. Analisis ini dilakukan menggunakan pendekatan Net Present Value (NPV) dan Internal Rate of Return (IRR). Analisis sensitivitas juga menunjukkan bahwa laju alir produksi sangat penting dalam menentukan kelayakan ekonomi proyek, sementara skema Cost Recovery lebih sensitif terhadap perubahan variabel dibandingkan Gross Split.
Teknologi Pressure Swing Adsorption (PSA) yang diusulkan Deni mampu menghasilkan hidrogen dengan kemurnian 99,99 persen dan tingkat pemulihan 87,4 persen. Teknologi ini menjadi kunci untuk memaksimalkan potensi hidrogen geologis di Tanjung Api. Penggunaan teknologi PSA ini menunjukkan komitmen terhadap efisiensi dan kualitas produksi hidrogen.
Penelitian ini juga menekankan pentingnya evaluasi regulasi dalam pengembangan energi hidrogen. Analisis terhadap berbagai skema pembagian keuntungan, seperti Gross Split dan Cost Recovery, memberikan gambaran yang komprehensif tentang aspek ekonomi proyek ini. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi masukan berharga bagi pemerintah dalam merumuskan kebijakan yang tepat untuk pengembangan energi hidrogen di Indonesia.
Implikasi bagi Indonesia dan Masa Depan Energi Bersih
Potensi hidrogen geologis di Tanjung Api, Sulawesi Tengah, menawarkan peluang besar bagi Indonesia untuk mencapai target Net Zero Emission pada tahun 2060. Selain itu, pengembangan energi hidrogen juga berpotensi menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan kapasitas riset nasional. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah untuk mendorong diversifikasi energi dan mengurangi ketergantungan pada energi fosil.
Penelitian Deni Suryo Pratama memberikan kontribusi yang signifikan bagi pengembangan energi bersih di Indonesia. Temuan ini tidak hanya membuka peluang baru dalam sektor energi, tetapi juga menunjukkan potensi besar dari riset dan inovasi di kalangan mahasiswa Indonesia. Dengan dukungan dan implementasi yang tepat, potensi hidrogen geologis ini dapat menjadi solusi berkelanjutan untuk memenuhi kebutuhan energi Indonesia di masa depan.
Keberhasilan penelitian ini juga diharapkan dapat mendorong penelitian lebih lanjut di bidang energi terbarukan. Pengembangan teknologi dan infrastruktur yang mendukung produksi dan distribusi hidrogen geologis akan menjadi kunci untuk merealisasikan potensi ini secara maksimal. Hal ini memerlukan kerjasama yang erat antara pemerintah, akademisi, dan industri.