Mahasiswa Vokasi Indonesia Berpeluang Kerja di Jepang, Kemenperin Jalin Kerja Sama
Kemenperin dan KP2MI membuka peluang bagi mahasiswa vokasi, khususnya di bidang pengelasan, untuk bekerja di Jepang guna memenuhi kebutuhan tenaga kerja di sana.

Kementerian Perindustrian (Kemenperin) dan Kementerian Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (KP2MI) membuka peluang emas bagi mahasiswa vokasi di Indonesia untuk bekerja di luar negeri, khususnya di Jepang. Peluang ini diumumkan di Jakarta pada Jumat, 21 Maret, sebagai upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia (SDM) industri Indonesia dan memenuhi permintaan tinggi tenaga kerja terampil di Jepang.
Kebutuhan tenaga kerja terampil, khususnya di bidang pengelasan, di Jepang sangat tinggi. Hal ini disampaikan oleh Menteri Perindustrian Agus Gumiwang Kartasasmita, yang menekankan pentingnya SDM Indonesia yang kompeten dan mampu bersaing di pasar global. "Sebagai salah satu negara yang memiliki sejarah panjang dalam mendukung industrialisasi di Indonesia, Jepang kini memiliki kebutuhan tenaga kerja di bidang pengelasan yang sangat tinggi. Tentunya ini memerlukan SDM yang kompeten dan bisa berdaya saing global," kata Menperin.
Kerja sama bilateral antara Indonesia dan Jepang, khususnya di sektor industri, telah berlangsung lama dan intensif. Kolaborasi ini kini diperluas untuk membuka akses bagi mahasiswa vokasi Indonesia agar dapat mengisi posisi-posisi yang dibutuhkan di industri otomotif dan perkapalan Jepang, yang tengah mengalami peningkatan kebutuhan tenaga pengelasan.
Peluang Emas bagi Mahasiswa Vokasi
Wakil Menteri Perlindungan Pekerja Migran Indonesia (Wamen P2MI), Christina Aryani, dalam kunjungan kerjanya ke Politeknik ATI Makassar pada 19 Maret lalu, juga menekankan pentingnya kesiapan mahasiswa vokasi untuk bekerja di luar negeri. Ia mengajak mahasiswa untuk memenuhi kebutuhan tenaga kerja terampil dan profesional di luar negeri. "Hal yang paling penting dalam bekerja di luar negeri adalah kesiapan pekerja migran itu sendiri. Pekerja migran harus punya kompetensi, penguasaan bahasa asing, dan memahami kontrak kerja dengan baik," tegas Christina Aryani. Apresiasi juga diberikan kepada Politeknik ATI Makassar atas capaian 100 persen penyerapan alumni.
Program ini difokuskan untuk memenuhi kebutuhan welder atau pengelas yang memiliki keterampilan dan sertifikasi yang sesuai dengan standar industri Jepang. Perusahaan-perusahaan di Jepang membutuhkan tenaga kerja yang terampil dan tersertifikasi untuk mendukung aktivitas di sektor industri otomotif dan perkapalan.
Kepala Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Industri (BPSDMI) Kemenperin, Masrokhan, menjelaskan bahwa Kemenperin sedang berupaya memasok tenaga kerja internasional melalui sekolah dan kampus vokasi industri binaannya. Salah satu contohnya adalah kelas industri Morimitsu Jepang di Politeknik ATI Makassar, yang fokus pada pembentukan tenaga pengelasan tingkat mahir. Program ini diawali dengan short-term internship bagi mahasiswa.
Dukungan KP2MI dan Persiapan yang Matang
Kemenperin mendapat dukungan penuh dari KP2MI dalam program ini. KP2MI memiliki tugas untuk memberikan perlindungan kepada pekerja migran Indonesia di luar negeri, memastikan keselamatan dan kesejahteraan mereka selama bekerja di Jepang. Kerja sama ini memastikan mahasiswa vokasi mendapatkan perlindungan dan dukungan yang memadai.
Program kelas industri internasional merupakan langkah awal dalam mengirimkan tenaga kerja terampil ke luar negeri. Kemenperin dan KP2MI berkomitmen untuk terus meningkatkan kualitas SDM industri Indonesia agar mampu bersaing di pasar global dan memenuhi kebutuhan industri internasional. Program ini diharapkan dapat membuka lebih banyak peluang kerja bagi lulusan vokasi Indonesia di masa mendatang.
Program short-term internship ini menjadi batu loncatan bagi mahasiswa untuk mendapatkan pengalaman kerja internasional dan meningkatkan daya saing mereka di pasar kerja global. Dengan dukungan dari Kemenperin dan KP2MI, diharapkan semakin banyak mahasiswa vokasi Indonesia yang sukses berkarier di luar negeri.
Kesuksesan program ini bergantung pada kesiapan mahasiswa vokasi sendiri. Penguasaan keterampilan teknis, kemampuan berbahasa asing, dan pemahaman yang baik tentang kontrak kerja merupakan kunci keberhasilan dalam bekerja di luar negeri. Kemenperin dan KP2MI akan terus memberikan pelatihan dan pendampingan untuk memastikan kesiapan para mahasiswa.