Mengapa Distribusi Beras Prioritas Pasar Tradisional Penting? Gubernur Kaltim Ungkap Alasannya
Gubernur Kaltim meminta distributor memprioritaskan distribusi beras ke pasar tradisional. Langkah ini demi menjaga stabilitas harga dan ketersediaan bahan pokok bagi masyarakat.

Gubernur Kalimantan Timur (Kaltim), Rudy Mas'ud, secara tegas meminta para distributor beras di wilayahnya untuk memprioritaskan suplai ke pasar tradisional dan warung-warung kecil. Kebijakan ini bertujuan untuk mencegah kepanikan masyarakat terkait ketersediaan bahan pokok, sekaligus menjaga stabilitas harga komoditas di pasaran.
Permintaan ini disampaikan Rudy Mas'ud dalam sebuah konferensi pers yang diadakan di Kantor Gubernur Kaltim pada hari Selasa, menanggapi isu stabilitas stok dan harga beras. Ia menekankan pentingnya pemerataan suplai agar tidak terjadi kelangkaan di tingkat pengecer kecil, sementara toko besar dan minimarket memiliki stok melimpah.
Prioritas ini dianggap krusial mengingat sebagian besar masyarakat lebih memilih membeli beras dalam jumlah kecil di warung atau pasar tradisional. Pembelian dua atau tiga kilogram beras lebih sering terjadi di lokasi tersebut, berbeda dengan toko ritel modern yang umumnya menjual kemasan minimal lima atau sepuluh kilogram.
Pentingnya Pasar Tradisional dan Peran Bulog
Ketersediaan bahan pokok di warung dan pasar tradisional sangat vital karena menjadi akses utama bagi banyak keluarga untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari. Gubernur berharap Perum Bulog, BUMD pangan, dan koperasi tani dapat bekerja sama menjaga rantai pasokan pangan agar tetap aman dan masyarakat merasa tenang.
Kepala Kantor Cabang Bulog Samarinda, Edi Yanuar, menjelaskan bahwa pihaknya melayani distribusi beras di enam wilayah, meliputi Samarinda, Bontang, Kutai Kartanegara, Kutai Timur, Kutai Barat, dan Mahakam Ulu. Saat ini, Perum Bulog Cabang Samarinda memiliki stok beras medium sebanyak 8.900 ton, siap didistribusikan.
Edi juga menyampaikan bahwa Bulog telah aktif menyalurkan beras Stabilisasi Pasokan dan Harga Pangan (SPHP) ke seluruh kabupaten/kota yang dilayani. Penyaluran ini dilakukan melalui berbagai Gerakan Pangan Murah (GPM) di Kodim, Polres, kelurahan, serta pasar pengecer. Selain itu, pihaknya juga telah menyalurkan bantuan pangan sekitar 1.016 ton, atau sekitar 86 persen dari target yang ditetapkan.
Tantangan Pasokan dan Strategi Pemerintah
Rudy Mas'ud mengakui bahwa produksi beras di Kaltim masih sangat kecil, hanya sekitar 30 hingga 35 persen dari total kebutuhan. Kondisi ini menyebabkan sekitar 65 hingga 70 persen pasokan beras harus didatangkan dari daerah lain seperti Jawa dan Sulawesi, menunjukkan ketergantungan yang tinggi terhadap pasokan luar daerah.
Kepala Dinas Pangan Tanaman Pangan dan Hortikultura Kaltim, Siti Farisyah Yana, menjelaskan bahwa setiap bulan pihaknya melakukan perhitungan neraca pangan untuk 12 komoditas strategis. Perhitungan ini penting untuk mengetahui stok awal, jumlah yang beredar di masyarakat, serta stok di tingkat rumah tangga.
Kebutuhan beras Kaltim berkisar antara 29 ribu hingga 34 ribu ton per bulan. Rata-rata stok beras di pedagang besar atau distributor mencapai 24 ribu ton setiap bulan. Sementara itu, beras yang masuk ke stok pemerintah berkisar antara 21 ribu hingga 26 ribu ton setiap bulannya, menunjukkan upaya pemerintah dalam menjaga ketersediaan.