Mualaf Tionghoa di Banda Aceh Rayakan Imlek 2025: Perayaan Budaya, Bukan Ritual Agama
Di Banda Aceh, seorang mualaf Tionghoa, Mariana, merayakan Imlek 2025 bersama keluarga di Vihara Buddha Sakyamuni sebagai tradisi budaya, bukan ritual keagamaan, menunjukkan toleransi tinggi di Aceh.

Perayaan Imlek di Banda Aceh: Toleransi dan Tradisi
Seorang mualaf Tionghoa bernama Mariana, yang juga dikenal dengan nama China Affah, ikut merayakan Tahun Baru Imlek 2576 di Vihara Buddha Sakyamuni, Banda Aceh. Perayaan Imlek tahun ini berlangsung pada tanggal 29 Januari dan diikuti sekitar 400 warga Tionghoa. Hal ini menunjukkan tingginya toleransi beragama di Aceh.
Imlek sebagai Tradisi Budaya
Bagi Mariana, yang menjadi mualaf sejak tahun 2002, Imlek lebih dari sekadar perayaan agama. Ia menekankan bahwa perayaan ini merupakan tradisi budaya Tionghoa yang penting bagi keluarganya. "Imlek itu bukan bagian dari agama Buddha, tetapi lebih kepada tradisi masyarakat Tionghoa. Dahulu ketika masa panen tiba, orang-orang China akan mengundang keluarga dan saudara untuk makan bersama serta merenungkan hasil yang telah diperoleh," jelasnya.
Makna Kebersamaan Keluarga
Mariana melihat Imlek sebagai momen untuk mempererat hubungan keluarga, terlepas dari perbedaan agama. "Walaupun saya sudah berbeda agama, saya masih bisa bersatu dengan keluarga saya. Tidak ada perbedaan antara Islam, Buddha, maupun Kristen, dalam hal ini. Semua tetap bisa bersama," ujarnya. Tradisi Imlek yang dijalaninya bersama keluarga meliputi silaturahmi, saling memaafkan, dan menerima berkah dari orangtua.
Harmoni dalam Keberagaman
Mariana juga menekankan pentingnya menjaga hubungan harmonis dengan keluarga meski telah memeluk agama Islam. "Kadang ada yang berpikir kalau orang Tionghoa masuk Islam akan dikeluarkan dari keluarga. Tapi bagi saya tidak begitu, karena kami tetap menjaga silaturahmi. Bahkan saat Idul Fitri, keluarga saya juga datang berkunjung," tuturnya. Kisah Mariana ini menggambarkan harmoni antar-agama dan kebersamaan keluarga di tengah keberagaman budaya.
Toleransi Tinggi di Aceh
Kepala Vihara Buddha Sakyamuni, Yanto, turut mengomentari perayaan Imlek tahun ini. Ia menyatakan perayaan berlangsung aman dan penuh toleransi. "Kami bersyukur karena toleransi di Aceh ini sangat tinggi. Jadi bisa melaksanakan Imlek, ibadah juga sangat nyaman. Nah, ini menunjukkan keberagaman dan toleransi di Aceh ini cukup tinggi," kata Yanto. Pernyataan ini semakin menguatkan citra Aceh sebagai daerah yang menjunjung tinggi nilai toleransi antar-umat beragama.
Kesimpulan
Perayaan Imlek 2025 di Banda Aceh menunjukkan contoh nyata toleransi dan harmoni antar-umat beragama di Aceh. Bagi Mariana, perayaan tersebut merupakan perwujudan tradisi budaya yang mempererat tali silaturahmi keluarga, terlepas dari perbedaan keyakinan. Keberadaan perayaan ini juga menjadi bukti nyata tingginya tingkat toleransi di Aceh.