OJK Incar Peningkatan Literasi Keuangan 1 Persen per Tahun
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memasang target ambisius: meningkatkan indeks literasi keuangan Indonesia sebesar 1 persen setiap tahunnya, dengan fokus pada generasi muda dan daerah pedesaan.

Malang, 7 Mei 2024 - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menetapkan target peningkatan indeks literasi keuangan masyarakat Indonesia sebesar satu persen per tahun. Sasaran ini mencakup seluruh lapisan masyarakat, termasuk generasi muda yang berperan penting dalam pembangunan ekonomi nasional. Upaya ini dilakukan mengingat indeks literasi keuangan Indonesia pada tahun ini baru mencapai 66,46 persen, meningkat dari 65 persen tahun sebelumnya.
Tantangan geografis dan kesenjangan akses teknologi informasi menjadi kendala utama. "Secara geografis wilayah kita cukup menantang, teknologi informasi maupun jaringan internet di setiap daerah juga tidak sama, namun kami tidak patah semangat untuk mengedukasi dalam upaya meningkatkan literasi keuangan masyarakat secara luas," ungkap Kepala Eksekutif Pengawas Perilaku Pelaku Usaha Jasa Keuangan, Edukasi, dan Pelindungan Konsumen OJK, Friderica Widyasari Dewi, di Universitas Brawijaya (UB), Malang.
Meskipun demikian, angka literasi keuangan Indonesia masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata negara-negara Organisasi untuk Kerja Sama dan Pembangunan Ekonomi (OECD) yang hanya mencapai 61 persen. Hal ini menunjukkan potensi besar yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat melalui pemahaman keuangan yang lebih baik.
Strategi Peningkatan Literasi Keuangan
OJK telah menetapkan empat segmen prioritas dalam upaya peningkatan literasi keuangan: perempuan, anak muda, masyarakat perdesaan, dan petani/peternak. Fokus pada segmen-segmen ini dinilai krusial karena mereka seringkali rentan terhadap praktik keuangan yang merugikan. Program edukasi yang tertarget dan disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing segmen akan menjadi kunci keberhasilan strategi ini.
Dalam sebuah acara literasi keuangan di UB yang dihadiri sekitar seribu mahasiswa, Friderica menekankan pentingnya pemahaman sistem keuangan bagi generasi muda. Generasi muda, sebagai penggerak utama pembangunan, harus memiliki kecerdasan keuangan yang memadai untuk menghadapi tantangan ekonomi di era digital.
Lebih lanjut, Kepala Badan Supervisi OJK, Sidharta Utama, mengingatkan akan kemudahan akses teknologi finansial di era digital. Kemudahan ini, di satu sisi, mempermudah aktivitas sehari-hari, namun di sisi lain juga dapat meningkatkan perilaku konsumtif dan mendorong masyarakat untuk menggunakan pinjaman digital seperti Paylater tanpa memahami risikonya sepenuhnya.
"Seringkali masyarakat kita tidak memahami dengan benar risikonya, termasuk dalam berinvestasi digital. Oleh karena itu, dengan literasi keuangan, khususnya keuangan digital, paling tidak bisa mencegah diri sendiri melakukan aktivitas keuangan yang bisa merugikan, seperti judi online atau pinjaman online ilegal," jelas Sidharta.
Tantangan dan Peluang di Era Digital
Perkembangan teknologi digital memberikan peluang sekaligus tantangan dalam meningkatkan literasi keuangan. Di satu sisi, teknologi memudahkan akses informasi dan layanan keuangan, namun di sisi lain juga meningkatkan risiko penipuan dan praktik keuangan yang tidak bertanggung jawab. Oleh karena itu, edukasi yang komprehensif dan berkelanjutan sangat diperlukan untuk melindungi masyarakat dari potensi kerugian.
OJK berkomitmen untuk terus meningkatkan upaya edukasi dan perlindungan konsumen. Kerja sama dengan berbagai pihak, termasuk perguruan tinggi, lembaga keuangan, dan komunitas masyarakat, akan terus ditingkatkan untuk mencapai target peningkatan indeks literasi keuangan sebesar satu persen per tahun. Hal ini diharapkan dapat menciptakan masyarakat yang cerdas dan tangguh secara finansial, sehingga mampu berkontribusi pada pembangunan ekonomi nasional.
Program literasi keuangan yang komprehensif dan berkelanjutan, yang disesuaikan dengan karakteristik masing-masing segmen sasaran, akan menjadi kunci keberhasilan dalam meningkatkan indeks literasi keuangan di Indonesia. Dengan demikian, masyarakat Indonesia dapat lebih bijak dalam mengelola keuangannya dan terhindar dari praktik keuangan yang merugikan.
Peningkatan literasi keuangan tidak hanya akan berdampak positif pada individu, tetapi juga pada perekonomian nasional secara keseluruhan. Masyarakat yang cerdas secara finansial akan lebih mampu berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi yang berkelanjutan dan inklusif.