OJK Kepri dan BPS Survei Literasi Keuangan di Kepri
OJK Kepri dan BPS Kepri berkolaborasi melakukan survei literasi dan inklusi keuangan masyarakat Kepri untuk meningkatkan pemahaman dan pemanfaatan produk keuangan, dengan fokus utama di Batam, Tanjungpinang, dan Bintan.

Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Kepulauan Riau (Kepri) bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik (BPS) Kepri untuk melakukan survei besar-besaran. Tujuannya? Mengukur tingkat literasi dan inklusi keuangan masyarakat Kepri. Data ini akan jadi kunci dalam merancang strategi peningkatan pemahaman dan penggunaan produk keuangan di masyarakat.
Survei ini sangat penting karena akan membantu memetakan kondisi keuangan di berbagai wilayah Kepri, terutama di Batam, Tanjungpinang, dan Bintan. Batam, dengan masyarakatnya yang beragam, menjadi fokus utama. Metode survei meliputi pengambilan sampel dari sembilan blok sensus di setiap wilayah, dengan masing-masing blok mencakup 10 keluarga. Hal ini memastikan data yang dikumpulkan mewakili kondisi masyarakat secara akurat.
Kepala OJK Kepri, Sinar Danandjaya, menekankan pentingnya survei ini untuk memastikan masyarakat memahami dan mampu memanfaatkan produk keuangan secara efektif. "Survei ini penting untuk memastikan masyarakat paham dan dapat memanfaatkan produk keuangan," ujarnya saat dikonfirmasi di Batam, Senin.
Siapa saja yang akan disurvei? Masyarakat berusia 15-79 tahun. Data akan dikelompokkan berdasarkan usia dan pekerjaan untuk melihat perbedaan pemahaman dan penggunaan produk keuangan di berbagai kelompok masyarakat. Informasi sebelumnya menunjukkan kelompok pensiunan memiliki inklusi keuangan tertinggi, sedangkan pegawai profesional memiliki literasi keuangan yang tinggi.
Kepala BPS Kepri, Margaretha Ari Anggorowati, menjelaskan perubahan jadwal survei. Sebelumnya dilakukan setiap tiga tahun, namun mulai 2024 akan dilakukan setiap tahun. "Survei dilakukan pada Januari hingga Februari ini dengan metodologi yang berstandar dan pengawasan internasional yang ketat," katanya.
Survei ini akan mengukur pemahaman masyarakat terhadap berbagai produk keuangan dan kemampuan mereka menggunakan layanan tersebut. Indikator kunci meliputi tingkat pemahaman dan kemampuan pemanfaatan. "Pemahaman tentang keuangan harus diperkuat, karena literasi yang baik memungkinkan masyarakat untuk lebih cerdas dalam mengelola keuangan. Ini juga berdampak langsung kepada penurunan angka kemiskinan," tambah Margaretha.
Dengan data akurat dari survei ini, OJK Kepri berharap dapat membuat strategi edukasi dan penyasaran yang lebih efektif dan tepat sasaran. Tujuan akhirnya? Meningkatkan literasi keuangan masyarakat Kepri secara menyeluruh dan berkelanjutan.