Optimisme Surplus Ekspor RI ke AS di Era Trump Kedua
Pemerintah Indonesia optimis surplus ekspor ke Amerika Serikat (AS) akan berlanjut di masa kepemimpinan kedua Donald Trump, meskipun ada tantangan kebijakan tarif dan kendaraan listrik.
Pemerintah Indonesia optimis surplus ekspor ke AS berlanjut di era Trump
Jakarta, 21 Januari (ANTARA) – Pemerintah Indonesia yakin surplus ekspor ke Amerika Serikat (AS) akan tetap terjaga selama periode kepemimpinan kedua Donald Trump. Hal ini disampaikan Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, saat peluncuran laporan USABC Sector Overview Report di Jakarta, Selasa lalu. Pernyataan optimisme ini muncul meskipun potensi tantangan kebijakan AS di masa mendatang perlu diwaspadai.
Tren Positif Ekspor Indonesia ke AS
Moegiarso menekankan bahwa hubungan perdagangan Indonesia-AS tetap kuat, ditandai dengan surplus perdagangan yang signifikan. Sebagai contoh, nilai perdagangan Oktober 2024 mencapai USD 13,55 miliar, meskipun sempat mencapai angka lebih tinggi di Agustus 2024 yaitu USD 34,5 miliar. Meskipun fluktuatif, tren positif ini menjadi dasar optimisme pemerintah.
Antisipasi Tantangan Kebijakan AS
Namun, Moegiarso juga menyoroti pentingnya kewaspadaan terhadap potensi kebijakan tarif AS, khususnya yang mungkin berdampak pada China. Kebijakan tarif dan subsidi kendaraan listrik (EV) yang direncanakan Trump juga menjadi perhatian serius, karena berpotensi mempengaruhi industri otomotif dan EV Indonesia. Pemerintah, melalui Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, tengah berdiskusi intensif dengan berbagai pemangku kepentingan, termasuk Kementerian Luar Negeri, untuk mengurangi dampak negatif potensial dari kebijakan-kebijakan tersebut.
Strategi Jaga Daya Tarik Investasi
Pemerintah juga tengah meninjau strategi untuk memastikan Indonesia tetap menjadi tujuan investasi yang menarik di tengah perubahan kebijakan AS. Ketidakpastian kebijakan tarif di masa kepemimpinan Trump kedua berpotensi mempengaruhi arus modal global, khususnya imbal hasil investasi. Namun, langkah Bank Indonesia (BI) dan Kementerian Keuangan dalam menjaga suku bunga yang kompetitif dinilai dapat mendorong stabilitas investasi. BI sendiri telah menurunkan suku bunga acuan (BI Rate) menjadi 5,75 persen.
Saran Penting dari Pakar Ekonomi
Deputi Direktur Institute for Economic and Social Research Universitas Indonesia, Fachrul Rezki, menyarankan agar pemerintah Indonesia mengadopsi pendekatan yang hati-hati namun strategis dalam menghadapi perubahan pemerintahan di AS. Navigasi yang cermat terhadap kebijakan perdagangan dan investasi AS di bawah kepemimpinan Trump sangatlah penting.
Kesimpulan
Secara keseluruhan, pemerintah Indonesia optimis terhadap keberlanjutan surplus ekspor ke AS meskipun menyadari potensi tantangan. Upaya antisipasi dan strategi yang tepat dinilai krusial untuk menjaga hubungan perdagangan yang menguntungkan dan daya tarik investasi Indonesia di tengah dinamika kebijakan AS.