Pabrik Floater PLTS Terapung Diresmikan di Batam: Dorong Transisi Energi Terbarukan
Pabrik komponen pelampung PLTS terapung diresmikan di Batam, mendukung transisi energi dan menawarkan potensi ekspor, dengan kapasitas produksi hingga 20 MW per bulan serta Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) 55 persen.

Batam, 14 Februari 2024 - Kota Batam, Kepulauan Riau, kini menjadi rumah bagi pabrik komponen pelampung Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Terapung. Peresmian pabrik ini menandai langkah signifikan dalam upaya Indonesia untuk beralih dari energi konvensional ke energi terbarukan.
Produksi Masif dan Target Pasar Luas
Utomo Solar Panel Terapung (Usopater), perusahaan dibalik pabrik ini, menargetkan produksi hingga 20 MegaWatt per bulan. Managing Director Usopater, Anthony Utomo, menjelaskan bahwa pasarnya sangat luas. Mereka mengincar proyek-proyek Perusahaan Listrik Negara (PLN), sektor swasta, dan bahkan pasar ekspor ke negara-negara tetangga. "PLTS Terapung sangat potensial di Indonesia, mengingat luasnya garis pantai," ujar Anthony. Ia juga menambahkan rencana pengembangan ke sektor offshore, bermitra dengan PLN dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Komponen Lokal dan Praktik Berkelanjutan
Salah satu poin penting yang diunggulkan adalah Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) yang mencapai 55 persen. Ini merupakan angka yang cukup tinggi untuk kategori komponen floater di Indonesia, menunjukkan komitmen terhadap produksi lokal. Lebih lanjut, Anthony menjelaskan, "Untuk saat ini pekerja pabrik ada hampir 100 orang dan kami juga menyerap tenaga lokal. Untuk produksinya juga kami menggunakan praktik berkelanjutan yang meminimalisir limbah plastik. Jadi saat pelampung sudah dicetak dan dipotong, sisanya masuk lagi ke dalam mesin. Tidak ada yang terbuang."
Keunggulan PLTS Terapung dan Dukungan PLN
Direktur Utama PLN Nusantara Renewable, Harjono, menyambut baik peresmian pabrik ini. Ia menekankan beberapa keunggulan PLTS Terapung dibandingkan PLTS berbasis darat. "Dari sisi biaya, PLTS Terapung lebih murah karena tidak ada biaya akuisisi lahan. Ini juga bisa memperkuat industri energi terbarukan dan meningkatkan peluang ekspor," kata Harjono. Keunggulan lainnya adalah percepatan pemasangan dan minimnya kebutuhan lahan.
Transisi Energi dan Target Terbarukan
Dengan beroperasinya pabrik ini, transisi energi di Indonesia mendapat dorongan signifikan dari sektor swasta dan pemerintah. Pabrik komponen pelampung PLTS terapung di Batam menjadi bukti nyata komitmen untuk mencapai target energi terbarukan nasional. Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi pengembangan energi terbarukan lainnya di Indonesia dan meningkatkan daya saing di pasar internasional.
Kesimpulan
Peresmian pabrik floater PLTS terapung di Batam menandai tonggak penting dalam transisi energi Indonesia. Dengan kapasitas produksi yang besar, TKDN yang tinggi, dan dukungan dari PLN, pabrik ini berpotensi besar untuk mendorong pertumbuhan sektor energi terbarukan, menciptakan lapangan kerja, dan meningkatkan daya saing Indonesia di pasar global. Keberhasilan ini diharapkan dapat menjadi contoh bagi pengembangan proyek-proyek energi terbarukan lainnya di masa depan.