Panen Padi Huma Badui Menurun 50 Persen, Serangan Hama Jadi Penyebab Utama
Produksi panen padi huma masyarakat Badui di Lebak, Banten, anjlok hingga 50 persen akibat serangan hama dan kemarau, mengancam ketahanan pangan lokal meskipun cadangan masih tersedia.

Petani Badui di Kabupaten Lebak, Banten, menghadapi penurunan signifikan pada panen padi huma mereka. Penurunan produksi hingga 50 persen, dari 2 ton menjadi 1 ton per hektare, disebabkan oleh serangan hama penyakit tanaman dan dampak kemarau. Hal ini terjadi meskipun panen raya padi huma berlangsung selama satu pekan, dari Maret hingga April 2025.
Penurunan hasil panen ini dilaporkan oleh Santa (55), seorang petani Badui di Rangkasbiting. Ia menjelaskan bahwa masa tanam padi huma berlangsung selama enam bulan, dimulai dari Oktober 2024 hingga Maret 2025, menggunakan benih lokal. Kondisi kemarau saat penanaman menjadi faktor utama yang mempengaruhi hasil panen.
Dampak penurunan produksi ini dirasakan oleh ratusan petani Badui yang menggarap lahan di berbagai wilayah, termasuk di kawasan tanah hak ulayat adat dan lahan sewa milik Perum Perhutani di Leuwidamar, Sobang, Cirinten, Cileles, Muncang, Gunungkencana, dan Bojongmanik. Meskipun demikian, para petani masih bersyukur karena panen tetap menghasilkan produksi dan pendapatan, meskipun lebih sedikit dari biasanya.
Ancaman terhadap Ketahanan Pangan Lokal
Sadin (50), petani Badui lainnya, membenarkan penurunan hasil panen. Ia menyatakan bahwa kemarau saat penanaman di Oktober 2024 sangat berpengaruh terhadap produksi. Meskipun panen padi menurun, mereka masih mendapatkan hasil dari budi daya umbi-umbian, pisang, dan jagung. Hal ini menunjukkan upaya diversifikasi pertanian untuk menjaga ketahanan pangan.
Medi, Sekretaris Desa Kanekes, Kecamatan Leuwidamar, menjelaskan bahwa masyarakat Badui selama ini belum pernah mengalami kelaparan atau kerawanan pangan. Hal ini berkat hasil produksi beras yang melimpah dan sistem penyimpanan padi di lumbung pangan atau rumah leuit, yang menyimpan cadangan pangan hingga puluhan tahun.
Meskipun panen kali ini menurun, Medi berharap hasil panen padi huma masih dapat memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Tradisi bercocok tanam padi huma di lahan darat tetap dipertahankan oleh masyarakat Badui, sebagai bagian dari adat istiadat mereka.
Masyarakat Badui, dengan populasi 11.620 jiwa, menghuni tanah hak ulayat adat seluas 5.100 hektare, termasuk 3.000 hektare hutan lindung. Mereka menggarap lahan pertanian seluas 2.100 hektare, dan terpaksa mencari lahan di luar kawasan ulayat untuk memenuhi kebutuhan pertanian.
Peran Pupuk dan Hama Penyakit
Deni Iskandar, Kepala Bidang Produksi Dinas Pertanian Kabupaten Lebak, mengungkapkan bahwa pertanian Badui belum memanfaatkan pupuk organik. Hal ini membuat tanaman rentan terhadap serangan hama dan penyakit. Meskipun demikian, berkat sistem pertanian tradisional dan penyimpanan cadangan pangan di rumah leuit, masyarakat Badui berhasil mempertahankan ketahanan pangan keluarga selama ini.
Ia menekankan bahwa hasil panen padi huma terutama ditujukan untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga. Sistem pertanian tradisional, meskipun menghadapi tantangan hama dan penyakit, tetap menjadi pilar penting dalam menjaga ketahanan pangan masyarakat Badui.
Meskipun terjadi penurunan produksi, ketahanan pangan masyarakat Badui masih terjaga berkat cadangan pangan yang disimpan dan diversifikasi tanaman. Namun, perlunya peningkatan pengelolaan pertanian, termasuk penggunaan pupuk organik, untuk meningkatkan produktivitas dan mengurangi risiko gagal panen di masa mendatang.