Papua Pegunungan Larang Masuknya Babi Cegah ASF
Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Papua Pegunungan melarang masuknya ternak babi dan daging babi dari luar daerah untuk mencegah penyebaran African Swine Fever (ASF), meskipun masih terjadi pelanggaran di lapangan.
Balai Karantina Hewan, Ikan dan Tumbuhan (BKHIT) Provinsi Papua Pegunungan mengambil langkah tegas untuk mencegah penyebaran African Swine Fever (ASF). Sejak 25 Januari 2024, BKHIT telah melarang pengiriman ternak babi dan produk olahannya dari luar wilayah Papua Pegunungan. Langkah ini dilakukan untuk melindungi populasi babi lokal dan mencegah kerugian ekonomi yang signifikan.
Abdul Kadir Loji, Kepala BKHIT Papua Pegunungan, mengungkapkan bahwa pengawasan ketat terus dilakukan. Namun, di lapangan masih ditemukan pengiriman ternak babi ilegal dari luar daerah. Meskipun sudah ada surat rekomendasi pelarangan dari Pemerintah Provinsi Papua Pegunungan dan Kabupaten Jayawijaya, praktik ilegal ini masih berlangsung.
Kendala utama dalam upaya pencegahan ASF ini adalah sulitnya pengawasan di lapangan. BKHIT telah berupaya dengan memasang karpet disinfektan di bandara, namun hal ini belum cukup efektif. Menurut Kepala BKHIT, dibutuhkan kerjasama yang lebih kuat antara BKHIT dan pemerintah daerah untuk mengatasi masalah ini.
Solusi yang diajukan adalah perlunya pembahasan bersama antara BKHIT dan pemerintah daerah untuk menemukan mekanisme pengawasan yang lebih efektif. Hal ini penting untuk memutus mata rantai penyebaran ASF. Salah satu langkah yang dipertimbangkan adalah pelarangan total pengiriman ternak babi dari luar Wamena.
Namun, tantangan lain muncul karena ternak babi memiliki peran penting dalam budaya masyarakat Papua Pegunungan. Oleh karena itu, perlu dicari solusi alternatif, misalnya dengan menerapkan protokol kesehatan yang ketat. Pemeriksaan kesehatan di laboratorium sebelum pengiriman ternak dari luar Wamena bisa menjadi solusi untuk memastikan ternak yang masuk dalam kondisi sehat dan bebas dari ASF.
Kepala BKHIT menekankan perlunya kebijakan yang bijak dari pemerintah daerah agar ternak babi tetap bisa didapatkan namun dengan tetap mencegah penyebaran ASF. Pemeriksaan laboratorium yang ketat dan sistem pengawasan yang lebih efektif menjadi kunci dalam melindungi populasi babi di Papua Pegunungan dari ancaman wabah ASF. Melalui langkah ini, diharapkan penyebaran ASF dapat dicegah dan kerugian ekonomi dapat diminimalisir.
Kesimpulannya, upaya pencegahan ASF di Papua Pegunungan memerlukan kerjasama yang solid antara BKHIT dan pemerintah daerah. Pemeriksaan kesehatan hewan yang ketat dan pengawasan yang lebih efektif menjadi kunci untuk melindungi ternak babi lokal dan mencegah meluasnya wabah ASF di wilayah ini. Solusi jangka panjang yang mempertimbangkan aspek budaya dan ekonomi juga sangat penting untuk keberhasilan program pencegahan ini.