Pemerintah Diminta Hati-hati Atur Komisi Ojol: Keseimbangan Tiga Pihak Jadi Kunci
Pakar ekonomi digital meminta pemerintah berhati-hati dalam mengatur komisi pengemudi ojol, agar keseimbangan antara aplikator, pengemudi, dan konsumen terjaga.

Jakarta, 25 April 2024 - Polemik terkait besaran komisi yang dibebankan kepada pengemudi ojek online (ojol) kembali mencuat. Pakar ekonomi digital dari CELIOS, Nailul Huda, mengimbau pemerintah untuk bertindak hati-hati dalam mengambil kebijakan terkait hal ini. Permintaan penurunan komisi dari 20 persen menjadi 15 persen, yang disuarakan oleh Koalisi Ojol Nasional, membutuhkan pertimbangan matang dari berbagai aspek.
Permasalahan ini melibatkan tiga pihak utama: perusahaan aplikator, pengemudi ojol, dan konsumen. Nailul Huda menekankan pentingnya menjaga keseimbangan di antara ketiganya. Keputusan yang diambil pemerintah harus mempertimbangkan kondisi masing-masing pihak agar tidak merugikan salah satu pihak dan menciptakan solusi yang berkelanjutan.
Audiensi perwakilan pengemudi ojol dengan Badan Aspirasi Masyarakat (BAM) DPR RI pada Rabu (23/4) lalu semakin menyoroti tuntutan penurunan komisi. Wakil Ketua BAM DPR, Adian Napitupulu, menyampaikan bahwa Koalisi Ojol Nasional meminta agar komisi aplikator maksimal 15 persen tanpa tambahan biaya lain. Hal ini menunjukkan urgensi perlunya regulasi yang jelas dan adil bagi semua pihak.
Komisi Ojol: Antara Keuntungan Aplikator dan Kesejahteraan Pengemudi
Nailul Huda menjelaskan bahwa perusahaan aplikator, sebagai entitas bisnis, berhak untuk mengejar keuntungan. Namun, keuntungan tersebut tidak boleh diraih dengan mengorbankan kesejahteraan pengemudi. Persaingan antar perusahaan aplikator, menurutnya, seharusnya mendorong penurunan komisi secara alami, sehingga pengemudi memiliki lebih banyak pilihan dan dapat bergabung dengan aplikator yang menawarkan komisi paling rendah.
Ia menambahkan, "Perusahaan aplikator paling tidak harus bersaing dengan memberikan komisi paling rendah, sehingga semakin banyak mitra driver yang bergabung. Jadi mitra mempunyai pilihan mana yang lebih menguntungkan." Pernyataan ini menyoroti pentingnya mekanisme pasar yang kompetitif dalam menentukan besaran komisi.
Pemerintah, menurut Nailul, perlu mempertimbangkan kondisi finansial perusahaan aplikator. Beberapa perusahaan aplikator masih mengalami kerugian, sehingga pengaturan komisi yang terlalu ketat dapat mengancam keberlangsungan usaha mereka. Oleh karena itu, dibutuhkan pendekatan yang seimbang dan mempertimbangkan aspek ekonomi secara menyeluruh.
Peran Pemerintah dalam Menyeimbangkan Tiga Pihak
Pemerintah memiliki peran krusial dalam mencari solusi yang adil bagi ketiga pihak yang terlibat. Regulasi yang dibuat harus mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan juga teknologi. Tidak hanya fokus pada besaran komisi, tetapi juga pada aspek lain seperti perlindungan pengemudi, transparansi biaya, dan kualitas layanan.
Salah satu tantangan utama adalah memastikan bahwa konsumen tidak menanggung beban tambahan akibat penurunan komisi. Penurunan komisi yang signifikan mungkin berdampak pada kenaikan tarif bagi konsumen. Pemerintah perlu mencari solusi yang dapat menjaga keseimbangan antara kepentingan pengemudi, aplikator, dan konsumen.
Selain itu, pemerintah juga perlu mempertimbangkan aspek teknologi dalam regulasi ini. Perkembangan teknologi yang cepat dapat mempengaruhi model bisnis perusahaan aplikator dan kesejahteraan pengemudi. Regulasi yang dibuat harus fleksibel dan mampu beradaptasi dengan perkembangan teknologi di masa mendatang.
Kesimpulan
Persoalan komisi ojol membutuhkan solusi yang komprehensif dan mempertimbangkan kepentingan semua pihak yang terlibat. Pemerintah perlu mengambil langkah yang bijak dan berhati-hati dalam membuat kebijakan, dengan mempertimbangkan aspek ekonomi, sosial, dan teknologi. Keseimbangan antara keuntungan aplikator, kesejahteraan pengemudi, dan kepuasan konsumen harus menjadi prioritas utama dalam menentukan regulasi yang tepat.