Peneliti Undip Ciptakan Biodisel dari Minyak Nabati: Solusi Ramah Lingkungan untuk Energi Berkelanjutan?
Tiga peneliti Sekolah Vokasi Undip berhasil menciptakan biodisel dari minyak nabati melalui proses enzimatik, menawarkan solusi energi alternatif yang ramah lingkungan.

Semarang, 12 April 2024 - Tiga peneliti dari Sekolah Vokasi Universitas Diponegoro (Undip) Semarang berhasil mengembangkan biodisel dari minyak nabati melalui proses enzimatik. Penemuan ini menawarkan solusi alternatif energi terbarukan yang ramah lingkungan dan berpotensi besar untuk Indonesia. Penelitian ini dilakukan oleh Endy Julianto, Malika Pintanada Kaladinanty, dan Haliza Ramadiani, para peneliti dari Program Studi Teknologi Rekayasa Kimia Industri (TRKI) Undip.
Minyak nabati, yang melimpah di Indonesia, memiliki potensi besar sebagai sumber energi. Namun, penggunaan langsung minyak nabati sebagai bahan bakar menghadapi kendala, seperti viskositas tinggi, kandungan asam lemak bebas, volatilitas rendah, dan endapan tinggi. Oleh karena itu, pengembangan biodisel menjadi solusi yang tepat untuk mengatasi permasalahan tersebut. Proses enzimatik yang digunakan dalam penelitian ini menawarkan pendekatan yang lebih efisien dan ramah lingkungan dibandingkan metode kimia konvensional.
Endy Julianto, Ketua Program Studi TRKI Undip, menjelaskan bahwa produksi biodisel dari minyak nabati pada dasarnya merupakan reaksi metanolisis. Reaksi ini dapat dilakukan secara kimiawi dengan katalis berenergi tinggi atau secara enzimatik. "Pembuatan biodisel dari minyak nabati telah banyak dikaji, bahkan diproduksi secara komersial," ujar Endy. Namun, penelitian ini berfokus pada optimasi proses enzimatik untuk menghasilkan biodisel yang lebih efisien dan ekonomis.
Proses Enzimatik dan Tantangannya
Para peneliti telah mencoba berbagai jenis minyak nabati untuk dikonversi menjadi biodisel secara enzimatik. Mereka menggunakan bioreaktor yang memiliki sejumlah keunggulan, seperti desain sederhana, tanpa bagian yang bergerak, aliran mudah dikendalikan, waktu tinggal seragam dalam reaktor, kontak area luas dengan energi input rendah, peningkatan perpindahan massa, dan kapasitas yang dapat ditingkatkan. Bioreaktor ini memungkinkan proses konversi yang lebih efisien dan terkontrol.
Kendati demikian, penelitian ini juga menemukan tantangan. Salah satu kendala utama adalah harga enzim komersial yang masih relatif mahal. "Oleh karena itu, perlu upaya untuk menurunkan biaya produksi melalui penggunaan enzim berulang dan produksi berkelanjutan," jelas Endy. Tim peneliti saat ini tengah fokus pada riset untuk menemukan solusi yang lebih ekonomis dan berkelanjutan dalam produksi enzim.
Penelitian ini menunjukkan potensi besar minyak nabati sebagai sumber energi alternatif di Indonesia. Dengan optimasi proses enzimatik dan inovasi untuk menekan biaya produksi, biodisel dari minyak nabati dapat menjadi solusi energi terbarukan yang ramah lingkungan dan terjangkau. Langkah selanjutnya adalah pengembangan skala produksi yang lebih besar dan komersialisasi teknologi ini.
Penelitian ini juga membuka peluang untuk riset lebih lanjut dalam pengembangan enzim yang lebih efisien dan murah. Hal ini akan berkontribusi pada pengembangan biodisel yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan di masa depan. Dengan demikian, Indonesia dapat mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil dan berkontribusi pada upaya global dalam mengatasi perubahan iklim.
Kesimpulan
Keberhasilan tiga peneliti Undip dalam menciptakan biodisel dari minyak nabati melalui proses enzimatik merupakan langkah signifikan dalam pengembangan energi terbarukan di Indonesia. Penelitian ini tidak hanya menawarkan solusi energi alternatif yang ramah lingkungan, tetapi juga membuka peluang riset lebih lanjut dan mendorong inovasi di bidang bioteknologi dan energi berkelanjutan.