Pengembangan Rumput Laut: Kunci Perekonomian Maluku?
Prof. Alex Retraubun dari Unpatti menjelaskan potensi pengembangan industri rumput laut di Maluku Tenggara untuk meningkatkan perekonomian daerah melalui hilirisasi dan pengolahan produk.

Ambon, 31 Januari 2024 – Potensi ekonomi Maluku Tenggara, Maluku, kini tengah menjadi sorotan. Prof. Alex Retraubun, akademisi Universitas Pattimura (Unpatti) Ambon, menekankan pentingnya pengembangan industri rumput laut sebagai penggerak utama perekonomian daerah. Menurutnya, rumput laut menawarkan peluang ekonomi yang lebih inklusif dibandingkan sektor migas.
Mengapa rumput laut? Prof. Retraubun menjelaskan bahwa budidaya rumput laut di Maluku Tenggara memiliki keunggulan geografis. Kepulauannya yang berlapis-lapis memungkinkan panen sepanjang tahun, tidak bergantung pada musim angin. Keunggulan ini, ditambah dengan siklus panen yang singkat (45 hari), menjadikan rumput laut komoditas yang sangat menjanjikan.
Lebih lanjut, ia memaparkan potensi pengembangan di beberapa daerah, termasuk Maluku Tenggara, Tual, Tanimbar, Aru, dan Maluku Barat Daya (MBD). Semua daerah ini memiliki potensi besar untuk pengembangan budidaya rumput laut skala besar dan berkelanjutan.
Namun, pengembangan ini tak cukup hanya sampai pada budidaya. Prof. Retraubun menekankan perlunya hilirisasi industri. “Untuk menjaga keberlangsungan hilirisasi industri kerakyatan, harus dibangun pabrik agar ada kepastian hasil budidaya yang langsung diproses,” jelasnya. Dengan begitu, nilai tambah komoditas akan meningkat signifikan.
Hilirisasi ini akan membawa dampak besar. Saat ini, rumput laut seringkali diekspor dalam bentuk mentah. Dengan adanya pengolahan, nilai jual akan jauh lebih tinggi. Rumput laut dapat diolah menjadi berbagai produk, mulai dari makanan, bahan industri (misalnya, bahan tambahan pengeboran ramah lingkungan), hingga bahan baku farmasi.
Langkah ini akan mencegah kerugian ekonomi akibat ekspor bahan mentah. Selain itu, hilirisasi akan menciptakan lapangan kerja dan meningkatkan pendapatan masyarakat, khususnya di Maluku Tenggara yang telah ditetapkan sebagai daerah pengembangan model budidaya rumput laut oleh Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP).
Data menunjukkan peningkatan produksi rumput laut di Maluku Tenggara. Pada tahun 2023, produksi mencapai 40 ribu ton rumput laut basah. Bayangkan potensi peningkatan ekonomi jika produk olahan dengan nilai jual lebih tinggi dapat dihasilkan. Hilirisasi industri rumput laut bukan hanya meningkatkan pendapatan, tetapi juga mengangkat taraf hidup masyarakat Maluku.
Kesimpulannya, pengembangan industri rumput laut di Maluku, khususnya di Maluku Tenggara, memiliki potensi besar untuk meningkatkan perekonomian daerah. Namun, keberhasilannya bergantung pada komitmen untuk melakukan hilirisasi industri dan membangun pabrik pengolahan. Dengan begitu, masyarakat setempat dapat menikmati keuntungan ekonomi yang lebih besar dan berkelanjutan.