Pesantren Nurul Jadid: Mencetak Kader Bangsa yang Unggul di Bidang Agama dan Sains
Pondok Pesantren Nurul Jadid di Paiton, Probolinggo, memperingati Harlah ke-76 dengan menekankan visi mencetak kader bangsa yang menguasai ilmu agama dan sains, serta kontribusi alumni untuk masyarakat.

Pondok Pesantren Nurul Jadid di Paiton, Kabupaten Probolinggo, Jawa Timur, baru-baru ini merayakan hari lahirnya yang ke-76. Peringatan ini menjadi momentum penting untuk mengulas kembali visi dan misi pesantren yang telah mencetak kader-kader bangsa yang unggul. KH Moh Zuhri Zaini, pengasuh pesantren, menekankan bahwa Nurul Jadid didirikan tidak hanya untuk mendidik santri dalam ilmu agama, tetapi juga untuk membekali mereka dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Visi mencetak kader bangsa yang komprehensif menjadi landasan utama berdirinya pesantren ini. KH Zuhri menjelaskan bahwa cita-cita pendiri, almarhum KH Zaini Mun'im, adalah melahirkan santri yang tidak sekadar menjadi kiai, ustadz, atau mubaligh, melainkan individu yang berkontribusi nyata bagi masyarakat dan negara. Hal ini diwujudkan dengan kurikulum yang mengintegrasikan pendidikan agama dan ilmu pengetahuan modern. Mata pelajaran sains seperti biologi, matematika, dan geografi diajarkan dengan pendekatan yang holistik dan disesuaikan dengan konteks keislaman, misalnya biologi disebut 'ilmu hayat', matematika 'aljabar', dan geografi 'jarafiyah'.
Sejak awal, Nurul Jadid berkomitmen untuk memberikan pendidikan yang seimbang. Tidak hanya fokus pada aspek keagamaan, pesantren juga membekali para santrinya dengan keterampilan dan pengetahuan yang dibutuhkan untuk bersaing di era modern. Ini selaras dengan pesan almarhum KH Zaini Mun'im agar alumni senantiasa berbakti kepada umat dan bangsa, tanpa perlu mengagung-agungkan nama pesantren. Para alumni didorong untuk berkolaborasi dengan berbagai pihak, termasuk alumni lain, pesantren lain, dan semua elemen yang memiliki visi dan misi serupa.
Perjalanan panjang berdirinya Nurul Jadid juga sarat dengan perjuangan dan sejarah. KH Zuhri menceritakan kisah hijrah KH Zaini Mun'im dari Pamekasan, Madura, menuju Jawa. Perjalanan ini tidak direncanakan, melainkan bagian dari takdir Allah SWT. Beliau, bersama para tokoh masyarakat Madura, turut serta dalam perjuangan melawan penjajahan Belanda setelah resolusi jihad KH Hasyim Asy’ari. Sebagai bagian dari Laskar Fisabilillah, KH Zaini Mun'im hijrah ke Jawa untuk menghindari tekanan penjajah dan bergabung dengan pejuang menuju Yogyakarta.
Setelah singgah di Sumenep, KH Zaini Mun'im melanjutkan perjalanan ke Pondok Salafiyah Syafiiyah Sukorejo di Situbondo. Di sana, beliau mendapat dukungan dari para masyayikh, termasuk KH Hasan Genggong, untuk mendirikan Pesantren Nurul Jadid. Perjuangan dan dukungan tersebut menjadi pondasi kuat bagi perkembangan pesantren hingga kini. Perjuangan ini menjadi pelajaran berharga bagi generasi penerus untuk terus menjaga dan mengembangkan nilai-nilai luhur yang telah ditanamkan.
Sebagai puncak dari peringatan Harlah ke-76, KH Zuhri menyampaikan rasa syukur dan terima kasih atas kehadiran para tamu undangan. Beliau menekankan pentingnya kerjasama dan kolaborasi dalam membangun bangsa. Pesantren Nurul Jadid juga terpilih menjadi tuan rumah peringatan Harlah ke-102 Nahdlatul Ulama (NU) pada 24-25 Januari 2025, menunjukkan peran penting pesantren dalam perkembangan Islam di Indonesia.
Kesimpulannya, Pondok Pesantren Nurul Jadid telah dan akan terus berperan aktif dalam mencetak kader bangsa yang unggul, menguasai ilmu agama dan sains, serta memiliki komitmen tinggi untuk mengabdi kepada masyarakat dan negara. Komitmen ini terwujud melalui kurikulum yang komprehensif dan semangat perjuangan para pendirinya yang patut diteladani.