Petani Tapin Sukses Tanam 2.400 Bibit Cabai Sistem Apung, Panen Raya Juli Mendatang!
Kelompok Tani Karya Baru di Tapin, Kalimantan Selatan berhasil menanam 2.400 bibit cabai lokal dengan sistem apung, menjanjikan panen raya 2 ton cabai pada Juli mendatang.

Apa, Siapa, Di mana, Kapan, Mengapa, dan Bagaimana? Kelompok Tani Karya Baru di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin, Kalimantan Selatan, berhasil menanam 2.400 bibit cabai jenis lokal dengan metode apung pada bulan Maret 2024. Metode ini dipilih sebagai solusi atas terbatasnya lahan pertanian. Panen diperkirakan pada awal Juli mendatang dengan target produksi 2 ton cabai. Inovasi ini diharapkan meningkatkan produktivitas pertanian dan menjaga keberlanjutan budidaya cabai Hiyung, varietas cabai lokal yang terkenal pedas.
Metode apung dipilih karena dinilai efektif mengatasi keterbatasan lahan pertanian di daerah tersebut. Meskipun ada sekitar 100 bibit yang mati akibat curah hujan tinggi, Ketua Kelompok Tani, Junaidi, menyatakan angka tersebut masih dalam kategori normal. Keberhasilan ini menunjukkan potensi metode apung dalam budidaya cabai.
Pemerintah Kabupaten Tapin melalui Dinas Pertanian memberikan dukungan penuh terhadap inovasi ini. Pihaknya akan terus memantau dan memberikan pendampingan kepada kelompok tani agar hasil panen optimal. Hal ini sejalan dengan komitmen pemerintah daerah untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan menjadikan cabai Hiyung sebagai komoditas unggulan.
Metode Apung: Solusi Pertanian Modern
Ketua Kelompok Tani Karya Baru, Junaidi, menjelaskan bahwa pertumbuhan cabai dengan metode apung memang sedikit berbeda dengan penanaman di tanah. Perkembangan akar yang terbatas dapat mempengaruhi laju pertumbuhan. Namun, secara keseluruhan, pertumbuhan cabai Hiyung dalam metode apung ini masih terpantau baik. "Budi daya Cabai Hiyung (jenis cabai lokal) kematian bibit adalah hal yang biasa, selama jumlahnya tidak melebihi 50 persen dari total tanaman awal masih bisa dikategorikan normal," ujar Junaidi.
Meskipun ada tantangan, Junaidi tetap optimis dengan metode ini. Ia memperkirakan panen akan berlangsung pada awal Juli dengan target produksi mencapai 2 ton. Angka ini cukup signifikan mengingat keterbatasan lahan yang ada.
Metode apung ini menawarkan solusi inovatif bagi petani di tengah tantangan lahan pertanian yang semakin terbatas. Dengan sistem ini, petani dapat memanfaatkan lahan yang sebelumnya tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam.
Inovasi ini juga menunjukkan komitmen petani dalam mencari solusi untuk meningkatkan produktivitas pertanian.
Cabai Hiyung: Cabai Rawit Terpedas di Indonesia
Cabai Hiyung merupakan varietas cabai lokal yang hanya tumbuh di Desa Hiyung, Kecamatan Tapin Tengah, Kabupaten Tapin. Keunikan cabai ini terletak pada rasa pedasnya yang luar biasa. "Cabai hiyung diakui sebagai cabai rawit terpedas se-Indonesia. Cabai Hiyung memiliki tingkat kepedasan hingga 17 kali dibanding cabai rawit biasa." Hal inilah yang membuat cabai Hiyung menjadi komoditas unggulan daerah.
Keunikan rasa pedas Cabai Hiyung ini menjadi daya tarik tersendiri bagi pasar. Dengan metode apung, diharapkan produksi cabai Hiyung dapat meningkat dan memenuhi permintaan pasar yang semakin tinggi.
Keberhasilan budidaya cabai Hiyung dengan metode apung ini menjadi bukti bahwa inovasi dan adaptasi teknologi dapat meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia.
Dengan dukungan pemerintah dan semangat dari para petani, diharapkan budidaya cabai Hiyung dengan metode apung ini dapat terus berkembang dan menjadi contoh bagi daerah lain.
Keberhasilan ini diharapkan dapat menginspirasi petani lain untuk mencoba metode apung dalam budidaya pertanian mereka.
Kesimpulan
Metode apung terbukti memberikan solusi bagi keterbatasan lahan pertanian di Tapin. Dengan panen raya yang diharapkan pada bulan Juli, budidaya cabai Hiyung dengan metode apung ini menjadi contoh keberhasilan inovasi pertanian di Indonesia. Dukungan pemerintah dan semangat para petani menjadi kunci keberhasilan ini.