PIBATA: Garda Terdepan Pelestarian Penyu di Taman Nasional Teluk Cendrawasih
Kelompok PIBATA di Papua Barat berdedikasi melindungi penyu terancam punah di Taman Nasional Teluk Cendrawasih, melalui patroli pantai, relokasi telur, dan edukasi masyarakat.

Taman Nasional Teluk Cendrawasih, Papua Barat, menjadi saksi bisu dedikasi Alfons Kaikatui dan kelompok masyarakat PIBATA dalam menyelamatkan penyu yang terancam punah. Mereka secara rutin melakukan patroli di pantai Pulau Warundi, Distrik Rumberpon, untuk mengamati tanda-tanda keberadaan penyu dan merelokasi telur-telur penyu ke lokasi penetasan semi alami di Kampung Isenebuai. Upaya ini bertujuan melindungi telur dari gangguan manusia dan alam, sekaligus menjaga kelestarian ekosistem laut yang vital.
PIBATA, yang berarti penyu dalam bahasa lokal, resmi terbentuk pada 3 Desember 2019. Kelompok ini terdiri dari 39 anggota yang tak hanya fokus pada penyelamatan telur dan pelepasliaran tukik, tetapi juga aktif mengedukasi masyarakat sekitar mengenai pentingnya pelestarian penyu. "Kalau sudah menetas, kami lepasliarkan tukik kembali ke habitatnya," jelas Alfons, Ketua Kelompok PIBATA.
Dedikasi PIBATA ini sangat penting bagi Taman Nasional Teluk Cendrawasih, taman laut terluas di Indonesia seluas 1.453.500 hektare yang membentang dari Kabupaten Nabire hingga Kabupaten Teluk Wondama. Optimalisasi pengelolaan kawasan seluas ini membutuhkan peran aktif masyarakat lokal, dan PIBATA menjadi contoh nyata kolaborasi yang berhasil antara masyarakat dan pemerintah dalam upaya konservasi.
Peran Penting PIBATA dalam Konservasi Penyu
Balai Besar Taman Nasional Teluk Cendrawasih (TNTC) memberdayakan beberapa kelompok masyarakat dalam upaya konservasi, dan PIBATA memiliki peran yang sangat signifikan. Pada tahun 2024 saja, tercatat lebih dari 343 tukik telah dilepasliarkan berkat upaya mereka. Selain PIBATA, terdapat dua kelompok masyarakat di Kabupaten Nabire, yaitu Kelompok Guraja Indah Kampung Sima dan Kelompok Irantuar Kampung Yeretuar, yang juga aktif terlibat dalam konservasi penyu sejak tahun 2024.
Penyu sendiri merupakan satwa yang dilindungi, terdaftar dalam 'red list' IUCN dan Appendix I CITES. Pemerintah Indonesia juga menetapkan penyu sebagai satwa dilindungi melalui Peraturan Pemerintah Nomor 7 Tahun 1999. Balai Besar TNTC bahkan telah menetapkan penyu sebagai satwa prioritas pengelolaan dalam Surat Keputusan nomor SK/46/T.6/TU/TEK/1/2024.
Balai Besar TNTC secara berkala memantau populasi penyu dan karakteristik habitat peneluran, termasuk suhu, sarang, dan vegetasi. Empat jenis penyu teridentifikasi di kawasan ini: penyu hijau (chelonia mydas), penyu belimbing (dermochelys coriacea), penyu sisik (eretmochelys imbricata), dan penyu lekang (lepidochelys olivacea). Pada tahun 2024, sebanyak 429 tukik dilepasliarkan, terdiri dari 263 penyu hijau, 52 penyu lekang, dan 114 penyu sisik.
Pembinaan dan Keberlanjutan Program Konservasi
Balai Besar TNTC menerapkan strategi pembinaan bagi kelompok masyarakat seperti PIBATA, meliputi penguatan kelembagaan, peningkatan kapasitas, edukasi, bantuan, penghargaan, dan pelibatan dalam kegiatan Balai Besar TNTC. Pendampingan berkala dan dorongan pemberdayaan ekonomi berbasis konservasi juga diberikan.
Keberlanjutan program ini membutuhkan dukungan dari berbagai pihak, termasuk pemerintah daerah, distrik, kampung, swasta, dan perguruan tinggi. Balai Besar TNTC telah melaksanakan pelatihan pembuatan demplot penetasan telur penyu semi alami dan teknik relokasi telur. Kader konservasi seperti PIBATA berperan penting dalam menyebarluaskan informasi tentang pentingnya penyu bagi ekosistem laut.
Bagi Alfons dan anggota PIBATA, menjaga penyu bukan sekadar tugas, tetapi tanggung jawab moral. "Ikut menjaga dan melestarikan penyu, maka tong (kami) juga ikut jaga masa depan buat tong punya anak cucu," tegas Alfons, menggambarkan semangat generasi penerus dalam menjaga kelestarian alam Indonesia.
Upaya pelestarian penyu di Taman Nasional Teluk Cendrawasih menunjukkan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, lembaga konservasi, dan masyarakat lokal. Dengan komitmen dan dedikasi seperti yang ditunjukkan PIBATA, harapan untuk keberlangsungan populasi penyu di kawasan ini semakin besar.