Polda Sulsel Selidiki Kecurangan Seleksi Casis Bintara Polri: Diduga Gunakan AI
Polda Sulsel mengungkap dugaan kecurangan seleksi Casis Bintara Polri yang melibatkan pengawas ujian dan kecerdasan buatan (AI), dengan sejumlah pengawas diperiksa dan casis yang terlibat didiskualifikasi.

Polda Sulawesi Selatan tengah menyelidiki dugaan kecurangan dalam seleksi penerimaan Calon Siswa (Casis) Bintara Polri. Dugaan ini melibatkan oknum anggota Polri yang bertugas sebagai pengawas ujian, yang diduga kuat memanfaatkan kecerdasan buatan (AI) untuk membantu peserta tes. Penyelidikan ini dilakukan oleh Bidang Profesi dan Pengamanan (Propam) Polda Sulsel setelah beredar informasi mengenai adanya bantuan dari pengawas kepada para Casis.
Kabid Propam Polda Sulsel, Kombes Pol Zulham Efendi, membenarkan adanya penyelidikan tersebut. "Ada beberapa yang sudah kita periksa (oknum Polri pengawas ujian). Belum kita ungkap detailnya, karena ini masih dalam pengembangan," ujar Zulham saat dikonfirmasi wartawan di Makassar. Ia menegaskan bahwa dugaan kecurangan ini bukan melibatkan calo, melainkan pengawas ujian sendiri yang bekerja sama langsung dengan peserta tes.
Modus kecurangan yang terungkap melibatkan Brigadir Dua (Bripda) yang baru lulus sebagai bintara. Para pengawas ini diduga memberikan jawaban kepada Casis agar mereka mendapatkan nilai tinggi dan lolos seleksi. "Kalau gambarannya itu bukan calo, tapi itu pengawas kelas (Bripda) yang bintara baru itu, bekerja sama dengan casis," ungkap Zulham. Sebagai konsekuensi, sejumlah pengawas kini menjalani pemeriksaan terkait dugaan pelanggaran kode etik dan disiplin, sementara Casis yang terbukti menerima bantuan langsung didiskualifikasi.
Pengawas Diduga Manfaatkan AI seperti ChatGPT
Kabid Humas Polda Sulsel, Kombes Pol Didik Supranoto, memberikan keterangan lebih lanjut mengenai dugaan penggunaan AI dalam kecurangan ini. Ia menjelaskan bahwa para pengawas diduga memanfaatkan layanan AI seperti ChatGPT untuk mencari jawaban dan kemudian memberikannya kepada peserta tes. "Permasalahannya itu bukan joki (calo), tetapi dengan cara memberitahu jawaban ke peserta tes, setelah mencari jawaban dari ChatGPT," tuturnya.
Polda Sulsel menegaskan komitmennya untuk menjaga integritas proses rekrutmen anggota Polri. Semua pihak yang terlibat dalam dugaan kecurangan ini akan dikenakan tindakan tegas dan sanksi bila terbukti bersalah. "Sudah kita periksa pengawas kelas, (dikenakan) kode etik dan disiplin. Casisnya kita diskualifikasi," tegas Zulham. Pihak kepolisian berkomitmen untuk menindak tegas setiap pelanggaran yang terjadi dalam proses seleksi ini.
Proses pemeriksaan terhadap para pengawas dan Casis yang terlibat masih berlangsung. Polda Sulsel akan terus berupaya untuk mengungkap seluruh fakta dan memastikan keadilan ditegakkan. Langkah tegas ini diharapkan dapat mencegah terjadinya kecurangan serupa di masa mendatang dan menjaga kepercayaan publik terhadap proses rekrutmen Polri.
Langkah-langkah yang diambil Polda Sulsel:
- Pemeriksaan terhadap pengawas ujian yang diduga terlibat.
- Diskualifikasi Casis yang terbukti menerima bantuan jawaban.
- Penyelidikan lebih lanjut untuk mengungkap seluruh jaringan yang terlibat.
- Penerapan sanksi tegas bagi yang terbukti bersalah, baik dari segi kode etik maupun disiplin.
Kasus ini menjadi sorotan penting, karena menunjukkan pentingnya integritas dan pengawasan ketat dalam proses rekrutmen anggota kepolisian. Penggunaan teknologi AI juga membuka peluang baru untuk kecurangan, sehingga diperlukan strategi pencegahan yang lebih canggih dan efektif.