Polisi Bongkar Pabrik Narkotika Rumahan di Depok, Empat Tersangka Dibekuk
Polisi mengungkap pabrik narkotika rumahan di Depok yang memproduksi tembakau sintetis dengan omzet Rp12 miliar, empat tersangka ditangkap dan terancam hukuman 5-15 tahun penjara.

Polisi mengungkap sebuah pabrik narkotika rumahan di Depok, Jawa Barat. Empat tersangka diamankan dalam penggerebekan yang dilakukan oleh Tim Subnit 5 Reskrim Narkoba Polsek Metro Tanah Abang, Polres Jakarta Pusat, Sabtu (18/1).
Pabrik tersebut beroperasi sejak Agustus 2024 dan memproduksi bibit sintetis yang diolah menjadi tembakau sintetis siap edar. Kapolsek Metro Tanah Abang, AKBP Aditya S.P. Sembiring, mengungkapkan bahwa pabrik ini memiliki omzet yang fantastis, diperkirakan mencapai Rp12 miliar.
Empat tersangka yang ditangkap, yaitu TRW (27), FJ (23), DY (26), dan MS (30), masing-masing memiliki peran dalam operasional pabrik tersebut. Ada yang berperan sebagai produsen, hingga pengedar. Penangkapan berawal dari informasi intelijen mengenai aktivitas mencurigakan di kawasan Depok.
Penggerebekan pertama dilakukan di Gang Masjid Almakmur, Kelurahan Cisalak Pasar, Cimanggis, Depok. Di lokasi ini, polisi mengamankan TRW dan FJ bersama barang bukti berupa dua paket tembakau sintetis dan dua ponsel. Penyelidikan kemudian berlanjut ke sebuah rumah kontrakan di Jalan Majelis Kalimulya, Depok, tempat DY diamankan.
Di rumah kontrakan tersebut, polisi menemukan barang bukti yang cukup banyak. Barang bukti yang ditemukan meliputi lima kilogram bahan baku bubuk sintetis, tiga bungkus tembakau mentah, dan peralatan produksi seperti cerobong hexos dan timbangan elektrik. Dari DY, polisi kemudian mendapatkan informasi mengenai MS, pembuat utama bibit sintetis.
MS diamankan di lokasi terpisah di kawasan Bogor. Saat penangkapan, polisi menemukan satu paket tembakau sintetis seberat 15 gram. MS mengakui telah memproduksi bibit sintetis sejak pertengahan tahun lalu. Para tersangka memanfaatkan kontrakan sebagai tempat produksi dan menggunakan jaringan tertentu untuk mengedarkan barang haram tersebut ke wilayah Jakarta dan sekitarnya.
Modus operandi yang digunakan adalah pabrik rumahan. Keberhasilan pengungkapan ini berkat kerja keras tim yang melakukan penyelidikan dan pengintaian secara intensif. Atas perbuatannya, keempat tersangka dijerat dengan pasal 113 ayat (1) Jo. pasal 112 ayat (1) Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2009 tentang Narkotika, dengan ancaman hukuman penjara minimal lima tahun dan maksimal 15 tahun.