Polresta Bengkulu: Guru Penganiaya Siswa SD Tak Ditahan, Proses Hukum Tetap Berjalan
Polresta Bengkulu tidak menahan oknum guru honorer yang diduga menganiaya muridnya, namun proses hukum tetap berjalan sesuai aturan hukum yang berlaku, dan Dinas Dikbud Kota Bengkulu mengawal kasus ini.

Kota Bengkulu, 14 Februari 2024 - Kehebohan terjadi di Kota Bengkulu terkait kasus dugaan penganiayaan yang dilakukan oleh seorang oknum guru honorer, RA, terhadap muridnya, NA, seorang siswi kelas 3 SD di sebuah sekolah dasar swasta. Polresta Bengkulu memutuskan untuk tidak menahan RA, keputusan yang memicu beragam reaksi dari masyarakat.
Alasan Polresta Bengkulu Tidak Melakukan Penahanan
Keputusan Polresta Bengkulu untuk tidak menahan RA didasari oleh aturan hukum yang berlaku. Kapolresta Bengkulu, Kombes Pol Sudarno, menjelaskan bahwa ancaman hukuman untuk kasus penganiayaan yang dilakukan RA di bawah lima tahun. "Untuk kasus penganiayaan guru kenapa itu tidak ditahan karena memang aturan perundang-undangan bahwa ancaman hukumannya 3,6 tahun. Karena ancamannya di bawah lima tahun dan aturan-aturannya tidak boleh ditahan, makanya tidak dilakukan penahanan. Jangan miss persepsi kenapa tidak ditahan, kalau ditahan malah kami yang salah karena aturan perundang-undangannya demikian," ujar Kombes Pol Sudarno.
Penjelasan Kapolresta menekankan pentingnya memahami aturan hukum yang mengatur penahanan tersangka. Pihak kepolisian menegaskan bahwa proses hukum tetap berjalan sesuai prosedur dan aturan yang telah ditetapkan oleh pemerintah bersama DPR RI. Meskipun tidak ditahan, proses investigasi dan pemeriksaan terhadap RA tetap berlanjut.
Proses Hukum dan Investigasi Tetap Berjalan
Walaupun tidak ditahan, Polresta Bengkulu memastikan proses hukum terhadap RA tetap berjalan. Pemeriksaan terhadap RA terus dilakukan, dan pihak kepolisian masih menunggu hasil visum korban. "Untuk proses hukumnya hingga saat ini terus berjalan, untuk pelaku telah dilakukan pemeriksaan, dan korban telah melakukan visum dan kami masih menunggu hasil visum tersebut," kata Kapolresta. Penetapan tersangka akan dilakukan jika polisi memiliki cukup bukti.
Selain itu, Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bengkulu turut serta mengawal proses hukum kasus ini. Kepala Dinas Dikbud Kota Bengkulu, A. Gunawan, menyatakan komitmennya untuk memastikan kejadian serupa tidak terulang. "Kami menegaskan akan mengawal proses hukum kasus ini serta memastikan kejadian serupa tidak terulang di lingkungan sekolah," tegasnya. Dikbud juga akan melakukan investigasi internal untuk menggali keterangan lebih lanjut dari berbagai pihak terkait.
Kronologi Kejadian dan Dampaknya
Insiden penganiayaan terjadi saat NA sedang bermain dengan teman-temannya di depan kelas. Kaki NA tanpa sengaja mengenai kaki RA. RA, yang merasa tidak terima, kemudian memegang kerah baju NA dan memukul wajahnya hingga lebam. Akibat kejadian ini, NA mengalami trauma dan enggan kembali ke sekolah. Orang tua NA, yang merasa sangat terpukul, kemudian melaporkan kasus ini ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Bengkulu.
Kasus ini menyoroti pentingnya perlindungan anak di lingkungan sekolah dan penegakan hukum yang adil. Meskipun tidak ditahan, proses hukum yang sedang berjalan diharapkan dapat memberikan keadilan bagi korban dan menjadi pelajaran berharga bagi semua pihak.
Kesimpulan
Kasus dugaan penganiayaan oleh oknum guru honorer di Bengkulu menimbulkan perdebatan publik terkait penahanan tersangka. Meskipun Polresta Bengkulu tidak menahan pelaku, proses hukum tetap berjalan sesuai aturan yang berlaku. Dinas Dikbud Kota Bengkulu juga ikut mengawal kasus ini dan berkomitmen mencegah kejadian serupa terulang. Kasus ini menjadi pengingat pentingnya perlindungan anak dan penegakan hukum yang konsisten di lingkungan pendidikan.