Oknum Guru Honorer di Bengkulu Tetapkan Tersangka Kasus Penganiayaan Murid
Polresta Bengkulu menetapkan oknum guru honorer, RA, sebagai tersangka kasus penganiayaan terhadap muridnya, NA, di sebuah sekolah dasar swasta; meski ancaman hukuman di bawah 5 tahun, sehingga tidak ditahan.

Kota Bengkulu, 18 Februari 2024 - Kepolisian Resort Kota (Polresta) Bengkulu menetapkan seorang guru honorer, RA, sebagai tersangka kasus dugaan penganiayaan terhadap muridnya, NA, siswa kelas 3 SD di sebuah sekolah dasar swasta di Kota Bengkulu. Kasat Reserse Kriminal (Reskrim) Polresta Bengkulu, AKP Sujud Alif Yulam Lam, mengumumkan penetapan tersangka tersebut pada Selasa lalu.
AKP Sujud menjelaskan bahwa RA dijerat dengan pasal 80 ayat (1) junto 76 C Undang-Undang Perlindungan Anak, yang ancaman hukumannya mencapai 3,6 tahun penjara. Meskipun telah berstatus tersangka, RA tidak ditahan. Hal ini dikarenakan ancaman hukuman di bawah 5 tahun penjara, yang merupakan syarat untuk dilakukan penahanan.
Kronologi Penganiayaan dan Kondisi Korban
Menurut keterangan tersangka RA, kejadian bermula dari aksi spontan. Saat NA bermain dengan teman-temannya di depan kelas, kakinya tanpa sengaja mengenai kaki RA. Merasa tidak terima, RA kemudian memegang kerah baju NA dan memukul wajahnya hingga lebam di bawah mata. Hasil visum pun menunjukkan adanya luka lebam pada korban.
Akibat kejadian tersebut, NA mengalami trauma dan enggan kembali ke sekolah. Orang tua NA yang merasa sangat tidak terima atas tindakan RA kemudian melaporkan kasus ini ke Unit Perlindungan Perempuan dan Anak (PPA) Polresta Bengkulu.
Tanggapan Pihak Berwenang dan Sekolah
Kapolresta Bengkulu, Kombes Pol Sudarno, menegaskan bahwa keputusan untuk tidak menahan RA sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Sementara itu, Pemerintah Kota (Pemkot) Bengkulu menyatakan akan mengawal proses hukum kasus ini secara ketat.
Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Dikbud) Kota Bengkulu, A. Gunawan, menyatakan komitmen Pemkot untuk melakukan investigasi menyeluruh. Investigasi ini bertujuan untuk mengumpulkan keterangan dari korban, pelaku, dan pihak-pihak terkait lainnya. Pemkot juga berkomitmen untuk mencegah kejadian serupa terulang di lingkungan sekolah.
Pentingnya Perlindungan Anak
Kasus ini kembali menyoroti pentingnya perlindungan anak di lingkungan pendidikan. Peran guru sebagai pendidik seharusnya tidak hanya fokus pada transfer ilmu pengetahuan, tetapi juga menciptakan lingkungan belajar yang aman dan nyaman bagi para siswa. Tindakan kekerasan fisik, bagaimanapun alasannya, tidak dapat dibenarkan dan harus mendapatkan sanksi hukum yang tegas.
Proses hukum yang sedang berjalan diharapkan dapat memberikan keadilan bagi korban dan menjadi pembelajaran bagi semua pihak agar senantiasa mengedepankan sikap empati dan perlindungan terhadap anak-anak. Pencegahan kekerasan terhadap anak membutuhkan komitmen bersama dari semua elemen masyarakat, termasuk sekolah, orang tua, dan aparat penegak hukum.
Kesimpulan
Penetapan tersangka terhadap oknum guru honorer yang menganiaya muridnya di Bengkulu menjadi bukti keseriusan aparat penegak hukum dalam menangani kasus kekerasan terhadap anak. Meskipun tersangka tidak ditahan, proses hukum akan tetap berjalan. Kejadian ini juga menjadi pengingat pentingnya menciptakan lingkungan sekolah yang aman dan kondusif bagi tumbuh kembang anak.