Polri Sita Aset Rp1,5 Triliun Kasus Robot Trading Net89
Bareskrim Polri menyita aset senilai Rp1,5 triliun, termasuk properti dan mobil mewah, dari para tersangka kasus robot trading Net89, dan masih memburu tiga tersangka buron.

Direktorat Tindak Pidana Ekonomi Khusus (Dittipideksus) Bareskrim Polri berhasil menyita aset senilai fantastis dalam kasus robot trading Net89. Pengungkapan kasus ini, yang melibatkan PT Simbiotik Multitalenta Indonesia (SMI), mengungkap penyitaan aset mencapai Rp1,5 triliun. Informasi ini disampaikan langsung oleh Dirtipideksus, Brigjen Pol. Helfi Assegaf, dalam konferensi pers di Gedung Bareskrim Polri, Jakarta, Rabu, 22 Januari 2024.
Penyitaan aset tersebut meliputi berbagai properti mewah. Rinciannya meliputi 26 properti, mulai dari hotel dan vila hingga apartemen dan ruko yang tersebar di Jakarta, Tangerang, Bogor, Bali, Pekanbaru, dan Banjarmasin. Selain itu, polisi juga mengamankan 11 unit mobil mewah, termasuk merek-merek ternama seperti BMW Seri 3, BMW Seri 5, Mazda CX5, Porsche, dan Tesla.
Tak hanya properti dan kendaraan, penyidik juga menyita uang tunai sekitar Rp52,5 miliar. Uang tersebut telah diamankan di rekening penampung Bareskrim Polri. Brigjen Pol. Helfi Assegaf menegaskan bahwa proses penelusuran aset masih terus berlanjut. Polri berkolaborasi dengan berbagai instansi, termasuk Kejaksaan RI, PPATK, BAPPEBTI, LPSK, BPN, Imigrasi, dan Korlantas Polri, untuk melacak dan menyita aset-aset lainnya yang terkait dengan kasus ini. Audit keuangan juga akan dilakukan untuk menghitung kerugian korban.
Sebanyak 15 tersangka telah ditetapkan dalam kasus ini, termasuk Andreas Andreyanto, Lauw Swan Hie Samuel, Erwin Saeful Ibrahim, dan satu korporasi, PT SMI. Sembilan tersangka saat ini ditahan, sementara dua lainnya tidak ditahan karena alasan kesehatan. Yang mengejutkan, tiga tersangka, yaitu Andreas Andreyanto, Theresia Lauren, dan Lauw Swan Hie Samuel, masih buron dan menjadi target operasi kepolisian.
Para tersangka dijerat dengan pasal yang cukup berat. Mereka dijerat dengan Pasal 105 dan/atau Pasal 106 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja (yang merupakan perubahan atas Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2014 tentang Perdagangan) dan/atau Pasal 378 KUHP dan/atau Pasal 372 KUHP dan/atau Pasal 3, Pasal 5, Pasal 10 Undang-Undang Nomor 8 tahun 2010 tentang Pencegahan dan Pemberantasan Tindak Pidana Pencucian Uang junto Pasal 55 KUHP jo. Pasal 56 KUHP jo. Pasal 64 KUHP jo. Pasal 65 KUHP.
Kasus robot trading Net89 ini menjadi sorotan karena jumlah kerugian yang signifikan dan dampaknya terhadap banyak korban. Proses hukum yang sedang berjalan diharapkan dapat memberikan keadilan bagi para korban dan menjadi pelajaran berharga bagi masyarakat agar lebih waspada terhadap investasi bodong. Penanganan kasus ini menunjukkan komitmen Polri dalam memberantas kejahatan ekonomi dan melindungi kepentingan masyarakat.
Dengan penyitaan aset triliunan rupiah, kasus ini menjadi salah satu kasus penipuan investasi terbesar yang pernah ditangani oleh pihak kepolisian. Keberhasilan penyitaan ini diharapkan dapat memulihkan sebagian kerugian para korban dan memberikan efek jera bagi pelaku kejahatan serupa di masa mendatang.