Produksi Jagung Indonesia Melonjak Tajam: Luas Panen Naik 114 Persen!
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat kenaikan signifikan luas panen jagung pada Februari 2025, mencapai 114,17 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu, dengan proyeksi produksi yang juga meningkat pesat.

Badan Pusat Statistik (BPS) baru-baru ini mengumumkan kabar gembira terkait produksi jagung di Indonesia. Data yang dirilis menunjukkan peningkatan luar biasa pada luas panen jagung pipilan di bulan Februari 2025. Kenaikan ini mencapai 114,17 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun 2024, sebuah lompatan signifikan yang memberikan dampak positif pada sektor pertanian nasional. Hal ini disampaikan langsung oleh Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah, dalam jumpa pers di Jakarta.
Menurut data survei kerangka sampel area (KSA) Jagung, luas panen jagung pipilan pada Februari 2025 mencapai 0,33 juta hektare. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 0,18 juta hektare dibandingkan dengan luas panen pada Februari 2024 yang hanya mencapai 0,16 juta hektare. Peningkatan ini tidak hanya terbatas pada Februari, tetapi diproyeksikan berlanjut hingga beberapa bulan ke depan.
Proyeksi BPS menunjukkan potensi luas panen jagung pipilan pada periode Maret-Mei 2025 diperkirakan mencapai 0,66 juta hektare. Dengan demikian, total luas panen jagung pipilan untuk periode Januari-Mei 2025 diperkirakan mencapai 1,21 juta hektare. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 10,92 persen dibandingkan dengan luas panen pada periode yang sama di tahun 2024 (1,09 juta hektare). Kenaikan ini menunjukkan tren positif dalam produktivitas pertanian jagung di Indonesia.
Produksi Jagung Meningkat Signifikan
Tidak hanya luas panen yang meningkat, produksi jagung juga mengalami peningkatan yang signifikan. Produksi jagung pipilan kering dengan kadar air 28 persen (JPK-KA28 persen) pada Februari 2025 mencapai 2,52 juta ton. Angka ini menunjukkan kenaikan sebesar 1,39 juta ton (122,43 persen) dibandingkan dengan produksi pada Februari 2024 yang hanya mencapai 1,13 juta ton. Kenaikan ini menunjukkan peningkatan efisiensi dan produktivitas dalam budidaya jagung.
Berdasarkan amatan fase tumbuh pada hasil survei KSA Februari 2025, potensi produksi JPK-KA28 persen pada Maret-Mei 2025 diperkirakan mencapai 5,04 juta ton. Dengan demikian, total produksi JPK-KA28 persen untuk periode Januari-Mei 2025 diperkirakan mencapai 9,24 juta ton. Angka ini menunjukkan peningkatan sebesar 12,03 persen dibandingkan dengan periode yang sama di tahun sebelumnya (8,25 juta ton). Tren positif ini menunjukkan potensi besar bagi ketahanan pangan nasional.
Peningkatan produksi juga terlihat pada jagung pipilan kering dengan kadar air 14 persen (JPK-KA14 persen). Pada Februari 2025, produksi JPK-KA14 persen diperkirakan mencapai 1,86 juta ton, meningkat sebesar 1,03 juta ton (122,43 persen) dibandingkan dengan Februari 2024 (0,84 juta ton). Potensi produksi JPK-KA14 persen pada Maret-Mei 2025 diperkirakan mencapai 3,73 juta ton. Total produksi JPK-KA14 persen pada Januari-Mei 2025 diperkirakan mencapai 6,83 juta ton.
Rincian Luas Panen Berdasarkan Jenis
Survei KSA jagung membagi luas panen menjadi tiga jenis: hijauan, muda, dan pipilan. Pada Januari-Februari 2025, luas panen jagung pipilan mencapai 0,55 juta hektare. Sementara itu, luas panen hijauan dan luas panen muda masing-masing mencapai 0,03 juta hektare dan 0,10 juta hektare. Data ini memberikan gambaran yang lebih detail tentang komposisi luas panen jagung di Indonesia.
Data BPS ini menunjukkan kinerja positif sektor pertanian Indonesia, khususnya dalam produksi jagung. Peningkatan signifikan ini diharapkan dapat berkontribusi pada ketahanan pangan nasional dan meningkatkan kesejahteraan petani. Pemerintah perlu terus mendukung pengembangan sektor pertanian untuk mempertahankan dan meningkatkan tren positif ini. "Dengan demikian, total produksi JPK-KA14 persen pada Januari-Mei 2025 diperkirakan sebanyak 6,83 juta ton," kata Habibullah.
Ke depan, dibutuhkan strategi yang berkelanjutan untuk menjaga momentum positif ini. Peningkatan infrastruktur pertanian, akses terhadap teknologi modern, serta dukungan kebijakan pemerintah yang tepat sasaran akan sangat krusial untuk memastikan keberlanjutan peningkatan produksi jagung di Indonesia.