PSSI Seleksi Asisten Pelatih Timnas: Langkah Maju atau Keterbatasan Struktur?
Langkah PSSI membuka seleksi asisten pelatih lokal untuk mendampingi pelatih Timnas Indonesia, Patrick Kluivert, dinilai memiliki sisi positif dan negatif, terutama terkait dengan struktur kepelatihan nasional yang belum solid.
PSSI membuka seleksi asisten pelatih lokal untuk Timnas Indonesia, sebuah langkah yang menuai beragam tanggapan. Mohamad Kusnaeni, pengamat sepak bola Indonesia, melihat kebijakan ini memiliki dua sisi mata uang. Seleksi ini diumumkan pada 22 Januari dan akan menghasilkan dua asisten pelatih lokal untuk mendampingi Patrick Kluivert.
Sisi positifnya, seleksi ini membuka peluang bagi pelatih lokal berbakat untuk belajar langsung dari pelatih asing ternama. Bung Kus menilai, "Seleksi pelatih lokal untuk pendamping Kluivert merupakan hal yang baik. Dengan model pemilihan langsung oleh Kluivert, ini memberi kesempatan kepada para pelatih berbakat yang selama ini mungkin kurang mendapat kesempatan."
Namun, di sisi lain, model rekrutmen terbuka ini juga menyoroti belum solidnya struktur kepelatihan tim nasional Indonesia. Dengan sekitar 5.000 pelatih berlisensi di Indonesia, Bung Kus berpendapat seharusnya asisten pelatih diambil dari timnas kelompok usia muda. Ia menambahkan, "Sistem promosi berdasarkan level kelompok umur itu seharusnya terbentuk secara berjenjang. Sehingga ada kesempatan pengembangan potensi dari setiap pelatih dengan mendapatkan tugas di level yang terus meningkat."
Ketiadaan sistem kaderisasi pelatih yang berjenjang menjadi sorotan utama. Bung Kus menekankan pentingnya Direktur Teknik yang kompeten untuk membangun sistem tersebut. "Ke depan, sistem kaderisasi pelatih secara berjenjang itu harus diterapkan di timnas. Untuk itu, kehadiran Direktur Teknik yang kompeten memang sangat penting dan harus segera diupayakan oleh PSSI. Ini wilayah yang seharusnya ditangani oleh Direktur Teknik," ujarnya.
Mengenai kriteria ideal asisten pelatih, Bung Kus menyerahkan sepenuhnya kepada Patrick Kluivert. Namun, ia menekankan pentingnya pengalaman kepelatihan yang memadai, baik di level klub maupun timnas. "Soal kriteria ya tentu Kluivert yang tahu kebutuhannya apa. Yang jelas, harus memiliki kualifikasi yang sesuai dan punya pengalaman kepelatihan yang memadai. Entah itu di level klub ataupun timnas kelompok usia," jelasnya.
Ketua Umum PSSI, Erick Thohir, menargetkan terpilihnya dua asisten pelatih terbaik dari sepuluh kandidat. Proses seleksi melibatkan diskusi dengan Kluivert. Langkah ini merupakan bagian dari komitmen transfer pengetahuan dari pelatih asing kepada pelatih lokal. Setelah seleksi ini, Kluivert berencana menambah asisten pelatih dari Belanda untuk sinkronisasi dengan timnas U-17, U-20, dan U-23.
PSSI juga merencanakan penunjukan satu asisten pelatih untuk menangani regenerasi pemain di kelompok umur. Ini merupakan upaya untuk meningkatkan kualitas pelatih lokal. Erick Thohir mencontohkan keberhasilan pelatih lokal seperti Nova Arianto (Timnas U-17) dan Indra Sjafri (Timnas U-20) sebagai bukti potensi yang ada.
Kesimpulannya, seleksi asisten pelatih ini merupakan langkah yang kompleks. Di satu sisi, ini membuka peluang bagi pelatih lokal, namun di sisi lain, juga menggarisbawahi perlunya perbaikan struktur kepelatihan tim nasional Indonesia yang lebih terstruktur dan sistematis.