Ramadhan Segera Tiba, TPU Semper Dipadati Peziarah
Ribuan warga Jakarta memadati TPU Semper untuk berziarah, memanfaatkan libur panjang jelang bulan Ramadhan sebagai momen mempererat silaturahmi dan mengingat kematian.

Hampir seluruh area Tempat Pemakaman Umum (TPU) Semper, Cilincing, Jakarta Utara, dipadati peziarah pada Minggu, 23 Februari 2024. Hari libur terakhir sebelum bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah dimanfaatkan masyarakat untuk berziarah kubur atau yang dikenal dengan tradisi 'nyekar'. Mereka datang dari berbagai penjuru Jakarta, mengunjungi makam keluarga dan kerabat yang telah berpulang.
Tradisi ini, menurut beberapa peziarah, memiliki makna mendalam. Bukan sekadar mengunjungi makam, tetapi juga sebagai refleksi diri menjelang bulan penuh berkah. Ziarah menjadi pengingat akan kematian dan pentingnya mempersiapkan diri untuk kehidupan akhirat. Hal ini disampaikan oleh Hendro Taruna Wijaya, warga Sunter Agung, yang rutin melakukan 'nyekar' bersama keluarga besarnya setiap tahun.
Selain refleksi diri, tradisi ziarah juga menjadi momen mempererat silaturahmi keluarga. Hendro menuturkan, "Ada dua hal yang dapat saya maknai dari tradisi 'nyekar' ini. Pertama, dengan ziarah ini dirinya menjadi ingat akan kematian sehingga harus mempersiapkan diri untuk hidup lebih baik sebelum hari akhir. Kedua, menjadi ajang silaturahim dengan keluarga yang tinggal di tempat berjauhan." Ia dan keluarganya memanfaatkan kesempatan ini untuk berkumpul dan melepas rindu, baik dengan keluarga yang masih hidup maupun yang telah tiada.
Makna Ziarah Jelang Ramadhan
Bagi banyak warga Jakarta, ziarah kubur menjelang Ramadhan memiliki arti penting. Mereka menganggapnya sebagai cara untuk menyucikan diri dan menyambut bulan suci dengan hati yang bersih. Hal ini diungkapkan oleh Maryono, warga Kedaung Kali Angke, yang mengaku baru bisa meluangkan waktu untuk berziarah di hari libur tersebut.
Maryono juga menekankan pentingnya silaturahmi dalam tradisi 'nyekar'. Baginya, ziarah merupakan kesempatan untuk melepas rindu kepada keluarga yang telah meninggal dunia dan mempererat ikatan dengan keluarga yang masih hidup. "Jelang masuk Ramadhan kami ingin menyucikan diri dengan memperkuat silaturahmi dan menyambut bulan penuh pengampunan," ujarnya.
Tradisi 'nyekar' di TPU Semper menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai keagamaan dan kekeluargaan bagi masyarakat Jakarta. Di tengah kesibukan kehidupan sehari-hari, mereka tetap meluangkan waktu untuk mengingat dan menghormati orang-orang terkasih yang telah meninggal dunia, sekaligus mempererat tali silaturahmi dengan keluarga.
Tradisi Nyekar: Mengingat Kematian dan Mempererat Silaturahmi
Tradisi 'nyekar' atau ziarah kubur menjelang bulan Ramadhan dan Idul Fitri telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya masyarakat Indonesia, khususnya di Jakarta. Tradisi ini bukan hanya sekadar mengunjungi makam, tetapi juga mengandung makna spiritual dan sosial yang mendalam.
Bagi banyak orang, 'nyekar' merupakan bentuk penghormatan dan rasa syukur kepada leluhur. Mereka datang ke makam untuk mendoakan arwah keluarga yang telah meninggal dunia, memohon ampun atas dosa-dosa mereka, dan memohon berkah bagi keluarga yang masih hidup. Selain itu, 'nyekar' juga menjadi kesempatan untuk mempererat tali silaturahmi antar anggota keluarga yang mungkin jarang bertemu.
Di tengah kesibukan aktivitas sehari-hari, momen 'nyekar' menjadi waktu yang tepat untuk berkumpul bersama keluarga besar, mengenang masa lalu, dan saling berbagi cerita. Hal ini turut memperkuat ikatan emosional dan memperkokoh nilai-nilai kekeluargaan.
Dengan demikian, tradisi 'nyekar' tidak hanya memiliki nilai spiritual, tetapi juga nilai sosial yang penting dalam menjaga keharmonisan dan persatuan keluarga.
Pengunjung TPU Semper terlihat khusyuk berdoa di samping makam keluarga mereka. Suasana yang tenang dan khidmat menyelimuti area pemakaman tersebut, menciptakan atmosfer yang penuh dengan refleksi dan perenungan.
Libur Panjang, Momen Tepat Berziarah
Momentum libur panjang menjelang Ramadhan dimanfaatkan oleh banyak warga Jakarta untuk melakukan ziarah kubur. Kesempatan ini memungkinkan mereka untuk meluangkan waktu yang cukup untuk berdoa, mengenang, dan membersihkan makam keluarga.
Kesibukan aktivitas sehari-hari seringkali membuat banyak orang kesulitan untuk menyempatkan waktu berziarah. Oleh karena itu, libur panjang menjadi kesempatan yang berharga untuk memenuhi kewajiban dan tradisi tersebut. Hal ini juga terlihat dari padatnya TPU Semper di hari Minggu tersebut.
Dengan memanfaatkan waktu libur, warga dapat berziarah dengan lebih tenang dan khusyuk, tanpa terburu-buru oleh kesibukan pekerjaan atau aktivitas lainnya. Mereka dapat berdoa dan merenungkan arti kehidupan, sekaligus mempererat tali silaturahmi dengan keluarga.
Tradisi ziarah menjelang bulan Ramadhan menjadi bukti betapa pentingnya nilai-nilai spiritual dan kekeluargaan dalam kehidupan masyarakat Indonesia.