Ziarah Kubur di Ambon: Tradisi Menghormati Leluhur Jelang Idul Fitri
Jelang Idul Fitri, warga Ambon, Maluku, melaksanakan tradisi ziarah kubur untuk menghormati leluhur dan keluarga yang telah meninggal, sekaligus membersihkan dan merawat makam.

Masyarakat Kota Ambon, Maluku, menyambut datangnya Idul Fitri dengan melaksanakan tradisi ziarah kubur. Tradisi yang telah berlangsung turun-temurun ini dilakukan sebagai bentuk penghormatan dan doa kepada leluhur serta keluarga yang telah meninggal dunia. Ziarah kubur bukan sekadar tradisi, tetapi juga menjadi momen untuk mempererat silaturahmi dan merawat nilai-nilai budaya masyarakat Ambon.
Pada Minggu, 30 Maret 2024, warga Ambon memadati pemakaman umum di kawasan Kebun Cengkeh. Mereka membawa berbagai perlengkapan, seperti bunga tujuh rupa, air, serta alat-alat berkebun untuk membersihkan dan merawat makam keluarga. Kegiatan ini menunjukkan betapa pentingnya tradisi ini bagi masyarakat Ambon dalam menyambut hari raya Idul Fitri.
Lebih dari sekadar mengunjungi makam, ziarah kubur di Ambon juga menjadi momen untuk membersihkan dan memperbarui kondisi makam. Banyak peziarah terlihat membersihkan rumput liar, mengecat, bahkan memperbaiki nisan yang rusak. Hal ini menunjukkan rasa hormat dan kepedulian yang mendalam terhadap para leluhur.
Melestarikan Tradisi dan Mengirimkan Doa
Alfian Ode, salah satu peziarah, menjelaskan bahwa tradisi ziarah kubur telah menjadi bagian tak terpisahkan dari budaya dan adat istiadat masyarakat Ambon sebelum Idul Fitri. "Tradisi ini telah menjadi bagian dari budaya dan adat istiadat masyarakat Ambon sebelum menyambut Hari Raya Idul Fitri," ujarnya. Tradisi ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi sarana untuk mengingat dan mendoakan mereka yang telah tiada.
Hal senada disampaikan oleh La Bek, peziarah lainnya. Baginya, ziarah kubur merupakan wujud bakti kepada orang tua yang telah meninggal. Ia membacakan beberapa surat dalam Al-Quran, seperti Al-Fatihah, Al-Ikhlas, Al-Alaq, dan An-Nas, sebagai doa untuk kedua orang tuanya. "Saya bacakan Al fatihah, Al Ikhlas, Al Alaq dan An-Nas, kepada orang tua saya yang telah meninggal," katanya.
Tradisi ini juga memperlihatkan nilai-nilai keagamaan yang kuat dalam masyarakat Ambon. Ziarah kubur menjadi kesempatan untuk berdoa dan memohon ampun bagi para leluhur, sekaligus memperkuat ikatan spiritual dengan keluarga yang telah meninggal.
Tidak hanya peziarah, tradisi ini juga memberikan dampak ekonomi bagi warga sekitar pemakaman. Banyak warga yang memanfaatkan momen ini untuk berjualan bunga tabur, seperti Salsa Shavilla. Ia menuturkan, "Bunga ini kami tanam sendiri, ada juga yang tumbuh liar di sekitar makam, lalu kami petik dan jual pada peziarah." Bunga tujuh rupa dijual dengan harga Rp5.000 per kantong.
Makna Ziarah Kubur di Ambon
Ziarah kubur di Ambon menjelang Idul Fitri memiliki makna yang sangat dalam bagi masyarakat setempat. Tradisi ini bukan hanya sekadar kegiatan seremonial, melainkan juga merupakan perwujudan dari penghormatan, doa, dan perawatan terhadap leluhur dan keluarga yang telah meninggal. Kegiatan membersihkan dan merawat makam juga mencerminkan nilai-nilai budaya dan kepedulian sosial yang tinggi.
Selain itu, tradisi ini juga menjadi sarana untuk mempererat silaturahmi antar keluarga dan masyarakat. Ziarah kubur menjadi kesempatan untuk bertemu dan bertukar cerita dengan sanak saudara, sekaligus mengenang jasa-jasa para leluhur. Tradisi ini juga memberikan dampak ekonomi positif bagi warga sekitar pemakaman yang berjualan bunga dan keperluan lainnya.
Dengan demikian, tradisi ziarah kubur di Ambon menjelang Idul Fitri merupakan perpaduan harmonis antara nilai-nilai keagamaan, budaya, dan sosial. Tradisi ini patut dilestarikan sebagai bagian dari kekayaan budaya Indonesia.
Tradisi ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga silaturahmi dan menghormati leluhur, serta merawat nilai-nilai budaya yang telah diwariskan turun-temurun. Semoga tradisi ini tetap lestari dan terus dijalankan oleh generasi penerus masyarakat Ambon.