Masyarakat Melayu Kepri Lestarikan Kenduri Arwah Sambut Ramadhan
Tradisi kenduri arwah masih lestari di Kepri, mempererat silaturahmi dan nilai-nilai keislaman menjelang Ramadhan.

Masyarakat Melayu di Kepulauan Riau (Kepri) tetap melestarikan tradisi unik kenduri arwah sebagai bentuk penghormatan kepada leluhur dan menyambut bulan suci Ramadhan. Tradisi ini bukan sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi perekat sosial yang memperkuat ikatan persaudaraan antar warga. Praktiknya, kenduri arwah melibatkan seluruh anggota masyarakat, dari berbagai latar belakang suku, dalam sebuah perayaan penuh makna.
Di Desa Batu Limau, Karimun, misalnya, beberapa hari menjelang Ramadhan, rumah-rumah warga silih berganti menggelar kenduri arwah. Tokoh masyarakat setempat, Ibrahim, menjelaskan bahwa tradisi ini telah berlangsung turun-temurun. "Hari ini ada sekitar dua rumah warga yang melaksanakan kenduri arwah," ujarnya kepada ANTARA. Kenduri ini dilaksanakan baik siang maupun malam hari, sebagai wujud doa untuk keluarga dan kerabat yang telah meninggal dunia.
Selain mendoakan para leluhur, kenduri arwah juga berfungsi sebagai sarana mempererat silaturahmi. Acara ini menjadi ajang berkumpulnya warga sekitar, berbagi hidangan, dan memperkuat rasa kebersamaan. Hidangan berupa nasi, lauk pauk, kue, buah, dan minuman disajikan dalam nampan besar, cukup untuk empat hingga lima orang yang makan bersama-sama dengan duduk bersila. "Secara tak langsung, kenduri arwah ikut menjaga kekompakan dan silaturahmi sesama warga," tambah Ibrahim.
Kenduri Arwah: Tradisi yang Mempererat Ukhuwah Islamiyah
Kenduri arwah di Kepri lebih dari sekadar acara makan bersama. Acara ini diawali dengan tahlil dan doa yang dipimpin oleh ustadz atau tokoh agama setempat. Doa-doa dipanjatkan untuk memohon ampunan bagi para arwah dan keselamatan bagi masyarakat. Setelah pembacaan doa, hidangan yang telah disiapkan dibagikan kepada para tamu undangan.
Uniknya, cara penyajian makanan dalam kenduri arwah menambah nilai keakraban. Makanan dikemas dan disajikan dalam nampan besar, sehingga mendorong para tamu untuk makan bersama-sama. Hal ini menciptakan suasana hangat dan akrab, memperkuat ikatan persaudaraan antar warga.
Tradisi ini tidak hanya dirayakan oleh masyarakat Melayu, tetapi juga oleh berbagai suku lain yang telah lama bermukim di Kepri. Hal ini menunjukkan bahwa kenduri arwah telah menjadi bagian integral dari budaya masyarakat Kepri secara keseluruhan.
Kenduri Haul: Doa Massal untuk Keselamatan Bersama
Di Kelurahan Kampung Bugis, Tanjungpinang, tradisi serupa juga dijalankan, yaitu kenduri haul. Kenduri haul ini merupakan acara doa massal yang rutin digelar setiap tahun menjelang Ramadhan. Acara ini melibatkan ratusan penduduk sekitar yang berkumpul di pasar pagi, duduk lesehan di atas tikar.
Masing-masing warga membawa makanan untuk dihidangkan dan disantap bersama-sama. Selain makan bersama, kenduri haul juga diisi dengan ceramah agama dan doa bersama untuk keselamatan masyarakat, kampung halaman, serta keluarga dan kerabat yang telah meninggal dunia. "Intinya, kita berdoa bersama-sama untuk keselamatan dunia dan akhirat," jelas Tokoh Agama dan Masyarakat Kampung Bugis, Muhammad Yunus.
Baik kenduri arwah maupun kenduri haul, keduanya memiliki tujuan yang sama, yaitu mendoakan para leluhur dan memohon keselamatan bagi masyarakat. Kedua tradisi ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai keislaman dan silaturahmi dalam kehidupan masyarakat Kepri.
Kedua tradisi ini memperlihatkan betapa lekatnya nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal dalam kehidupan masyarakat Kepri. Kenduri arwah dan kenduri haul tidak hanya sekadar ritual, tetapi juga menjadi perekat sosial yang memperkuat persatuan dan kesatuan dalam keberagaman.
Kesimpulan
Tradisi kenduri arwah dan kenduri haul di Kepri merupakan bukti nyata pelestarian budaya dan nilai-nilai keislaman. Kedua tradisi ini tidak hanya memperkuat ikatan keluarga dan masyarakat, tetapi juga memperkaya khazanah budaya Indonesia. Semoga tradisi-tradisi seperti ini dapat terus dilestarikan dan diwariskan kepada generasi mendatang.