Ruwahan di Belitung: Perkuat Kebersamaan Jelang Ramadhan
Tradisi Ruwahan di Belitung, yang juga dikenal sebagai 'Beruah', memperkuat persatuan umat Muslim dalam menyambut Ramadhan, sekaligus melestarikan nilai-nilai budaya dan adat istiadat.

Tradisi Ruwahan, atau yang dikenal warga lokal Belitung sebagai 'Beruah', menjadi sorotan setelah kegiatan 'Beruah Massal' digelar di Desa Perawas, Kecamatan Tanjungpandan, Kabupaten Belitung, pada Selasa, 18 Februari 2020. Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Kabupaten Belitung, Achmad Hamzah, menekankan pentingnya tradisi ini dalam mempererat tali persaudaraan umat Muslim menjelang bulan suci Ramadhan 1446 Hijriah.
Nilai Kebersamaan dan Gotong Royong
Menurut Achmad Hamzah, Ruwahan bukan sekadar tradisi, melainkan perekat kebersamaan dan semangat gotong royong. "Tradisi Ruwahan atau 'Beruah' ini memperkuat rasa kebersamaan dan semangat gotong royong, nilai-nilai luhur ini perlu terus dilestarikan untuk diwariskan kepada generasi selanjutnya," ujarnya. Kegiatan 'Beruah Massal' yang melibatkan warga dan pemerintah desa menjadi bukti nyata pelestarian tradisi tersebut. Proses persiapan hingga pelaksanaan acara melibatkan seluruh warga, memperkuat ikatan sosial dan rasa memiliki.
Mengenang Leluhur dan Menyambut Ramadhan
Lebih dari sekadar kumpul bersama, Ruwahan juga memiliki makna spiritual. Achmad Hamzah menjelaskan bahwa tradisi ini menjadi sarana untuk mendoakan arwah para leluhur. Selain itu, Ruwahan juga berfungsi sebagai pengingat akan datangnya bulan suci Ramadhan, mengajak umat Muslim untuk mempersiapkan diri secara lahir dan batin. Dengan demikian, Ruwahan memiliki peran penting dalam mempersiapkan mental dan spiritual umat Muslim dalam menyambut bulan suci Ramadhan.
Pelestarian Adat dan Budaya Belitung
Kepala Desa Perawas, Yahya, menambahkan bahwa 'Beruah Massal' juga merupakan bentuk pemberdayaan masyarakat dalam bidang adat dan budaya Belitung. "Jadi kegiatan 'Beruah Massal' ini sebagai bentuk pelestarian dan pemberdayaan masyarakat, adat, tradisi, dan budaya," katanya. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi Ruwahan tidak hanya bernilai religius, tetapi juga berperan penting dalam menjaga kelangsungan nilai-nilai budaya lokal Belitung. LAM Belitung pun memberikan apresiasi atas upaya pelestarian tradisi ini.
Rangkaian Kegiatan Beruah Massal
Acara 'Beruah Massal' di Desa Perawas diisi dengan berbagai kegiatan yang sarat makna. Diawali dengan pembacaan doa bersama, kegiatan ini dilanjutkan dengan ramah tamah dan kenduri bersama yang diikuti seluruh warga desa dan tamu undangan. Suasana kekeluargaan dan kebersamaan begitu terasa dalam acara tersebut. Suasana ini menggambarkan bagaimana tradisi Ruwahan mampu mempererat tali silaturahmi antar warga.
Harapan untuk Generasi Mendatang
Achmad Hamzah berharap tradisi Ruwahan dapat terus dilestarikan oleh generasi mendatang. Beliau menekankan pentingnya peran serta semua pihak dalam menjaga kelangsungan tradisi ini. Dengan demikian, nilai-nilai kebersamaan, gotong royong, dan penghormatan terhadap leluhur dapat tetap terjaga dan diwariskan kepada generasi berikutnya. Hal ini penting untuk menjaga identitas budaya lokal Belitung.
Kesimpulan
Tradisi Ruwahan di Belitung, khususnya 'Beruah Massal' di Desa Perawas, membuktikan bahwa tradisi dapat menjadi perekat kebersamaan dan penguat nilai-nilai luhur. Kegiatan ini tidak hanya bernilai religius dalam menyambut Ramadhan, tetapi juga berperan penting dalam melestarikan adat dan budaya lokal. Semoga tradisi ini terus lestari dan menjadi warisan budaya yang berharga bagi generasi mendatang.