Ziarah Kubur Berjamaah di Trenggalek Sambut Ramadhan: Tradisi Lestari, Ukhuwah Islamiyah Menguat
Ratusan warga Nahdliyin di Trenggalek menggelar tradisi ziarah kubur berjamaah, nyekar bareng, sebagai wujud penghormatan leluhur dan mempererat ukhuwah Islamiyah menjelang Ramadhan 2025.

Trenggalek, Jawa Timur, 23 Februari 2024 - Minggu pagi (23/2), ratusan warga Nahdliyin di Kabupaten Trenggalek, Jawa Timur, melaksanakan tradisi unik dan penuh makna: ziarah kubur berjamaah atau yang dikenal sebagai "nyekar bareng" di Tempat Pemakaman Umum (TPU) Desa Karanganom. Kegiatan ini menjadi bagian dari rangkaian menyambut datangnya bulan suci Ramadhan 1446 H yang diperkirakan jatuh pada tanggal 1 Maret 2025. Ziarah kubur ini bukan sekadar kegiatan rutin, melainkan tradisi turun-temurun yang sarat nilai religius dan sosial.
Tradisi ini melibatkan warga dari berbagai kalangan usia, menyatukan mereka dalam suasana khidmat dan penuh refleksi. Kegiatan diawali dengan khataman Al-Qur'an 30 juz, dilanjutkan dengan pembacaan Surat Yasin, tahlil, dan doa bersama yang dipimpin oleh tokoh agama setempat. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya nilai-nilai keagamaan dalam kehidupan masyarakat Trenggalek.
Kegiatan yang dimulai pukul 06.30 WIB ini berlangsung tertib dan lancar. Kehadiran warga tidak hanya dari Desa Karanganom saja, tetapi juga dari desa-desa sekitar yang memiliki leluhur dimakamkan di TPU tersebut. Hal ini menunjukkan betapa kuatnya ikatan sosial dan rasa kebersamaan di antara mereka. Lebih dari sekadar ziarah, acara ini menjadi ajang silaturahmi dan mempererat tali persaudaraan.
Tradisi Nyekar Bareng: Wujud Birrul Walidain dan Ukhuwah Islamiyah
Menurut Ketua NU Karanganom, Mochamad Kamali, tradisi ziarah kubur ke makam leluhur telah berlangsung lama dan menjadi budaya turun-temurun. "Tradisi ini merupakan wujud birrul walidain, penghormatan kepada orang tua dan leluhur yang telah wafat," ujar Kamali. Ia juga berharap semangat masyarakat dalam melestarikan tradisi ini terus meningkat, karena selain mempererat ukhuwah Islamiyah, tradisi ini juga menjadi ajang gotong royong dalam beribadah.
Hal senada disampaikan oleh Puput Supriyanto (54), warga Dusun Dempok. Ia menyambut baik pelaksanaan Nyekar Bareng secara kolektif karena memberikan kesempatan bagi masyarakat untuk berziarah dengan khidmat. "Alhamdulillah, acara ini berlangsung tertib dan lancar. Banyak warga yang hadir, tidak hanya dari Karanganom, tetapi juga dari luar desa yang punya leluhur dimakamkan di sini," kata Puput. Kehadirannya menunjukkan antusiasme masyarakat terhadap kegiatan ini.
Kegiatan ini juga melibatkan anak-anak. Mereka diajak untuk mengenal leluhur mereka, sebagai upaya menanamkan nilai-nilai keagamaan sejak dini. Hal ini menunjukkan komitmen masyarakat dalam menjaga dan meneruskan tradisi ini kepada generasi penerus.
Setelah pembacaan doa dan tahlil, acara diakhiri dengan tabur bunga di makam keluarga masing-masing. Suasana haru dan khidmat menyelimuti TPU Desa Karanganom, menggambarkan betapa dalam makna ziarah kubur bagi masyarakat Trenggalek.
Makna Mendalam di Balik Tradisi Ziarah Kubur
Tradisi nyekar bareng di Trenggalek bukan hanya sekadar kegiatan seremonial, melainkan mengandung makna mendalam. Ziarah kubur menjadi momen refleksi diri, mengingat jasa para leluhur, dan memohon doa restu. Kegiatan ini juga memperkuat ikatan keluarga dan masyarakat, serta menumbuhkan rasa empati dan kepedulian terhadap sesama.
Dengan melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dari anak-anak hingga orang dewasa, tradisi ini berhasil menanamkan nilai-nilai keagamaan dan sosial kepada generasi muda. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya menjaga dan melestarikan tradisi-tradisi luhur yang bermanfaat bagi kehidupan bermasyarakat.
Kegiatan ini juga menjadi bukti nyata bagaimana masyarakat Trenggalek mampu menggabungkan nilai-nilai religius dengan kearifan lokal. Tradisi nyekar bareng menjadi contoh nyata bagaimana sebuah tradisi dapat tetap lestari dan relevan di tengah perkembangan zaman.
Melalui kegiatan ini, diharapkan semangat kebersamaan dan ukhuwah Islamiyah di kalangan masyarakat Trenggalek akan semakin meningkat. Tradisi ziarah kubur berjamaah ini menjadi bukti nyata bagaimana nilai-nilai agama dan budaya dapat berjalan beriringan, menciptakan harmoni dan kedamaian dalam kehidupan bermasyarakat.
Semoga tradisi ini tetap lestari dan terus diwariskan kepada generasi mendatang, sebagai warisan budaya yang berharga dan penuh makna.