Tradisi Ruwahan di Belitung: Mempererat Ukhuwah Islamiyah dan Melestarikan Budaya
Tradisi Ruwahan di Belitung, yang diisi dengan doa bersama dan makan bersama, berhasil memperkuat rasa kebersamaan dan melestarikan budaya lokal dalam menyambut bulan Ramadhan.

Tanjungpandan, 18 Februari 2024 - Tradisi Ruwahan atau Beruah di Belitung, Kepulauan Bangka Belitung, kembali menjadi bukti nyata kekuatan budaya lokal dalam mempererat tali silaturahmi dan mempersiapkan diri menyambut bulan suci Ramadhan. Ketua Lembaga Adat Melayu (LAM) Belitung, Achmad Hamzah, menekankan pentingnya tradisi ini dalam memperkuat rasa kebersamaan di tengah masyarakat.
Ruwahan: Lebih dari Sekedar Tradisi
Acara Beruah Massal yang diselenggarakan oleh Pemerintah Desa Perawas, Kecamatan Tanjungpandan, menjadi contoh nyata pelaksanaan tradisi Ruwahan. Achmad Hamzah, dalam sambutannya, menyampaikan apresiasi yang tinggi kepada Pemerintah Desa Perawas atas konsistensi mereka dalam melestarikan tradisi ini. Menurutnya, 'Tradisi Ruwahan, dengan pembacaan doa bersama dan ramah tamah makan bersama, memiliki peran penting dalam memperkuat rasa kebersamaan dan semangat gotong royong di masyarakat'. Lebih dari sekadar tradisi, Ruwahan juga menjadi momen untuk mengenang dan mendoakan para leluhur yang telah berpulang.
Kegiatan ini bukan hanya sekadar ritual, tetapi juga pengingat akan datangnya bulan suci Ramadhan. Suasana penuh kekeluargaan dan keakraban tercipta saat masyarakat berkumpul, berdoa, dan berbagi makanan bersama. Hal ini sejalan dengan pesan Ketua LAM Belitung yang menyatakan bahwa Ruwahan merupakan cara untuk memperkuat ukhuwah Islamiyah menjelang bulan penuh berkah.
Pelestarian Budaya dan Pemberdayaan Masyarakat
Kepala Desa Perawas, Yahya, menjelaskan bahwa Beruah Massal rutin dilaksanakan setiap tahun sebagai bentuk menyambut bulan Ramadhan. Selain sebagai ajang silaturahmi, kegiatan ini juga berperan penting dalam pemberdayaan masyarakat di bidang adat dan budaya Belitung. 'Beruah Massal merupakan bentuk pelestarian dan pemberdayaan adat budaya,' ujarnya. Hal ini menunjukkan bahwa tradisi Ruwahan tidak hanya bernilai religius, tetapi juga memiliki dampak positif terhadap pelestarian budaya dan pengembangan masyarakat.
Keberhasilan pelaksanaan Beruah Massal di Desa Perawas menjadi contoh yang baik bagi desa-desa lain di Belitung. Dengan konsistensi dan dukungan dari berbagai pihak, tradisi Ruwahan diharapkan dapat terus lestari dan menjadi perekat kebersamaan masyarakat Belitung. LAM Belitung pun berkomitmen untuk terus mendukung pelestarian tradisi-tradisi budaya lokal yang sarat makna dan nilai-nilai luhur.
Makna Mendalam di Balik Tradisi Ruwahan
Lebih jauh, Achmad Hamzah menjelaskan bahwa tradisi Ruwahan memiliki makna yang sangat mendalam bagi masyarakat Belitung. Bukan hanya sekedar berkumpul dan makan bersama, tetapi juga merupakan bentuk penghormatan kepada leluhur serta refleksi diri untuk menyambut bulan suci Ramadhan dengan hati yang bersih dan penuh keikhlasan. Hal ini menunjukkan betapa kayanya nilai-nilai budaya dan spiritual yang terkandung dalam tradisi Ruwahan.
Dengan adanya kegiatan seperti Beruah Massal, diharapkan dapat menumbuhkan rasa memiliki dan kecintaan terhadap budaya lokal. Generasi muda juga perlu dilibatkan aktif dalam pelestarian tradisi ini agar warisan budaya Belitung tetap lestari dan dapat diwariskan kepada generasi selanjutnya. Inilah kunci keberhasilan dalam menjaga kelangsungan tradisi Ruwahan di masa mendatang.
Kesimpulan: Kebersamaan dan Pelestarian Budaya
Tradisi Ruwahan di Belitung tidak hanya sekadar ritual keagamaan, tetapi juga menjadi perekat kebersamaan dan pengingat akan pentingnya melestarikan budaya lokal. Melalui kegiatan seperti Beruah Massal, masyarakat Belitung menunjukkan komitmennya untuk menjaga warisan budaya yang berharga ini. Semoga tradisi Ruwahan dapat terus lestari dan menjadi inspirasi bagi daerah lain dalam melestarikan budaya dan mempererat ukhuwah Islamiyah.